Beranda Edukasi Pendidikan Warga Pucangsawit Diajari Mengolah Limbah Menjadi Kompos oleh Mahasiswa KKN Unisri

Warga Pucangsawit Diajari Mengolah Limbah Menjadi Kompos oleh Mahasiswa KKN Unisri

Mahasiswa KKNT Unisri Surakarta, Aisyah Indu Pratiwi tengah mengajari warga membuat kompos / Dok Pribadi

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Limbah adalah bahan material sisa yang tidak digunakan lagi, yang berasal dari hasil kegiatan manusia, baik dalam skala rumah tangga, industri maupun pertambangan.

Pada skala tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, sehingga diperlukan penanganan yang baik dan benar dalam pengelolaannya.

Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa KKNT Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Aisyah Indu Pratiwi melakukan sosialisasi dan pelatihan berupa pemanfaatan limbah dapur dalam pembuatan sampak organic bokashi kepada ibu โ€“ ibu PKK Desa Pucangsawit RT 05 RW 10 Jebres, Surakarta.

โ€œPada dasarnya, seluruh bahan organik lambat laun akan lapuk dan mengurai dengan sendirinya. Hasil dari pelapukan dan peruraian ini biasa disebut juga dengan kompos,โ€ ujar Aisyah, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Dipaparkan Aisyah, kompos adalah suatu hasil penguraian tidak lengkap dari campuran berbagai bahan organik yang dapat dipercepat proses penguraiannya oleh mikroba dalam kondisi lingkungan yang lembab, hangat, dan aerob ataupun anaerob.

Pembuatan kompos juga harus disesuaikan dengan tujuannya, sehingga bahan dan manfaatnya sesuai yang diinginkan.

Salah satu bahan yang bermanfaat untuk pembuatan kompos adalah limbah rumah tangga. Selain mengatasi masalah limbah rumah tangga, juga dapat menghasilkan kompos yang bermutu dan bermanfaat.

Menurut Aisyah, ada beberapa manfaat kompos. Mulai dari mengurangi bau tidak sedap yang ditimbulkan, mengurangi atau meringankan beban tempat pembuangan akhir, serta menjaga kualitas air dan tanah dan lain sebagainya.

Seiring perkembangan waktu, ilmu pengetahuan dalam berbagai penelitian melakukan metode yang sangat beragam. Salah satu metode dalam mengompos yaitu dengan metode bokhasi.

Bokashi adalah salah satu metode pengomposan yang menggunakan starter aerobic atau anaerobic yang bahannya hanya perlu material coklat yang mengandung karbon (daun kering, jerami, serbuk kayu, sekam bakar, dan lain-lain), material hijau / bahan organi yang mengandung nitrogen (sayur, kulit buah, makanan basi, dll), dan starter mikroorganisme (EM4).

Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah namun dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Cara membuat kompos dengan metode bokashi adalah sebagai berikut :

  1. Mencacah material coklat dan hijau hingga berkuran kecil
  2. Mengencerkan bioaktivator dengan air, perbandingan 1 tutup botol EM4 dengan 1 liter air bersih (1:1000)
  3. Memasukkan material coklat kedalam ember komposter seperti daun kering, jerami, sekam bakar, serbuk kayu
  4. Memasukkan material hijau rumah tangga kedalam ember komposter seperti sayur, kulit buah maupun makanan basi
  5. Menyemprot larutan bioaktivator secukupnya
  6. Memasukkan kembali material coklat hingga menutupi material hijau agar tidak bau
  7. Menutup rapat ember komposter selama 4 hari (24/4), setelah itu boleh ditambahkan material coklat dan hijau dikemudian hari.
  8. Mengaduk agar kompos matang dengan rata pada hari ke 7 pengomposan. Menambahkan bioaktivator jika keadaan starter kering dan menambahkan material coklat jika keadaan starter becek.
  9. Menunggu hingga waktu tertentu, kemudian pupuk organic dan pra-kompos dapat digunakan. Tanda kematangan starter yaitu hangat, embun pada tutup dan organic hijau yang menghitam.

 

Panen

Pupuk kompos cair (POC) pertama bisa dipanen setelah 7 hingga 10 hari, sedangkan pra-kompos dapat dipanen setelah 4 hingga 5 minggu.

POC dapat langsung diaplikasikan ke media tanam sedangkan pra-kompos harus di timbun kedalam tanah hingga 7 hari kemudian kompos siap digunakan.

Banyak sedikitnya hasil panen berpengaruh dengan banyak sedikitnya material hijau / bahan organic yang digunakan.

Ibu-ibu di Pucangsawit terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan itu, dan bertanya tentang apa yang mereka belum pahami dari pelatihan dan sosialisasi tersebut.

Ibuโ€“ ibu tertarik untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai pemanfaatan limbah dapur. Sosialisasi dan pelatihan berjalan dengan lancar dan dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan. Suhamdani