BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah sempat terpuruk, usaha kerajinan tembaga Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo mulai menggeliat kembali. Pesanan mulai datang dan pasokan oksigen kembali normal.
“Oksigen digunakan untuk pengelasan. Kami bersyukur, mulai bulan ini, pesanan mulai datang satu dua,” ujar salah satu perajin, Manto (54), Kamis (9/9/2021).
Dia mengaku tengah menggarap dua proyek. Pertama pesanan kubah masjid dari Jepara dan kedua pesanan wastafel tembaga dari Jepang. Pesanan baru ini memberikan gairah bagi para perajin tembaga Tumang.
“Ini juga pertanda dapur rumah mulai mengepul kembali.”
Selain itu, sejumlah pesanan yang sempat tertunda akibat pandemic Covid-19 juga mulai digarap. Seperti pesanan dari Arab Saudi senilai Rp 400 juta, Selandia Baru Rp 120 juta, Jepang Rp 10 juta dan juga Australia senilai Rp 80 juta.
“Kini pasokan oksigen untuk pengelasan juga kembali normal, Rp 100.000 pertabung,” ujarnya.
Hanya saja, bahan baku tembaga naik tajam hingga 40 persen. Yaitu, dari harga Rp 1,8 juta menjadi Rp 2,8 juta perlembar dengan ketebalan 1 milimeter. Belum lagi pengeluaran untuk membayar para pekerja.
“Sebelumnya modal usaha sudah habis untuk kebutuhan sehari-sehari selama pandemi. Untuk mulai lagi, saya terpaksa menjual sebidang tanah untuk modal.”
Dia ingin, sentra industri tembaga di Tumang tetap hidup. Tak hanya memberdayakan pemuda setempat, dia berniat membuka sekolah kejuruan perajinan tembaga. Dia juga menggandeng Universitas Negeri di Kota Semarang dan Solo untuk mendukung idenya. Waskita