Beranda Umum Nasional Faisal Basri Minta Pemerintah Hentikan Beberapa Proyek Ini, Untuk Dialihkan ke Jaminan...

Faisal Basri Minta Pemerintah Hentikan Beberapa Proyek Ini, Untuk Dialihkan ke Jaminan Sosial

Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Beberapa proyek pemerintah, diusulkan untuk dihentikan, karena dinilai tidak signifikan di tengah situasi pandemi belakangan ini.

Usulan tersebut disampaikan oleh ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri. Dia mengatakan, beberapa proyek tersebut antara lain adalah proyek lumbung pangan, pemindahan Ibu Kota, serta Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Menurut Faisal, jika proyek-proyek tersebut dihentikan, maka anggaran dananya dapat dialihkan untuk memperluas perlindungan sosial bagi masyarakat.

“Kereta Cepat kabarnya mau pakai SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran). Gila Enggak SILPA mau dipakai kereta cepat tapi sembilan juta rakyat yang dapat JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dihapus Bu Risma (Menteri Sosial Tri Rismaharini),” ujar Faisal Basri dalam webinar, Senin (18/10/2021).

Sebelumnya, Menteri Sosial Tri Rismaharini menghapus lebih dari 9 juta orang miskin dari daftar penerima Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Tahun 2021.

Risma menjelaskan 9 juta data yang dihapus ini terdiri dari data 434.835 orang meninggal, lalu data ganda sebanyak 2.584.495, dan data mutasi sebanyak 833.624.

Selanjutnya, ditemukan data non DTKS yang tidak padan Dukcapil sebanyak 5.882. 243.

Baca Juga :  Perempuan Tak Terwakili di Unsur Pimpinan KPK, Alexander: Kalau Mau Lewat Kampanye Antikorupsi Saja

“Nah, ini yang kami hapus sesuai Permensos yang baru,” ujar Risma dalam konferensi pers, Senin (27/9/2021).

Data yang tidak padan Dukcapil, ujar Risma, dikembalikan ke daerah.

“Nanti daerah harus melakukan perbaikan data. Kalau misalnya sudah padan Dukcapil, daerah bisa mengusulkan lagi (menjadi penerima subsidi),” ujar Risma.

Menurut Faisal Basri, 143 juta rakyat Indonesia berstatus rentan atau insecure. Penduduk berstatus rentan ini adalah penduduk yang hidupnya belum tenang, yaitu dengan pengeluaran harian Rp 25.000 sebelum pandemi.

Di masa pandemi, pengeluaran mereka diperkirakan bisa lebih jatuh.

Untuk itu, ia meminta Kementerian Keuangan bisa lebih realistis dan konsisten dalam kebijakannya. Ia mengatakan Kemenkeu dapat menjadi rem bagi kebijakan pemerintah.

“Kemenkeu adalah rem bukan mengiyakan yang diinginkan para menteri dan presiden. Tunjukkan kosekuensinya. Seperti dulu Pak Budiono dan Bu Sri Mulyani berani mengatakan tidak pada pembangunan monorel. Jadi ayo kasih warning,” ujarnya.

Bekas Menteri Keuangan Chatib Basri pun mendorong pemerintah memperluas perlindungan sosial bagi masyarakat.

Baca Juga :  Kenaikan PPN Jadi 12% Kian Dekat, Penolakan Makin Massif

Pasalnya, di masa pandemi ini masyarakat rentan dan miskin tetap harus bekerja untuk menyambung hidup.

Untuk itu, ia mengatakan perlindungan sosial harus diperluas ke 60 persen penduduk Indonesia. Perlindungan sosial itu juga harus diberi sebesar Rp 1-1,5 juta per rumah tangga.

“Kalau diberikan 3-6 bulan, sekitar Rp 120-240 triliun. Saya pikir alokasinya ada,” ujarnya.

www.tempo.co