SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kepergian suami istri penjual soto asal Dayu, Hadi Mulyono (60) dan Sukinem (58) yang tewas dalam kecelakaan maut tertabrak kereta api di perlintasan tanpa palang pintu di Dukuh Bedowo, Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, menyisakan cerita memilukan.
Kepergian tragis suami istri dalam waktu bersamaan itu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.
Tidak hanya itu, banyaknya korban jiwa akibat tertabrak kereta di perlintasan Bedowo juga menjadi keprihatinan keluarga almarhum.
Karenanya, anak almarhum berencana mengajukan gugatan ke PT KAI atas kematian kedua orangtua mereka.
Jika menang, uang itu akan digunakan untuk membangun palang perlintasan tanpa pintu di Bedowo.
Hal itu disampaikan putra sulung almarhum, Hari Widiantoro saat ditemui wartawan di rumah duka, Selasa (12/10/2021). Ia mengaku sangat berduka atas kepergian kedua orangtuanya.
Ia sama sekali tak menyangka keduanya bakal mengalami insiden tragis di perlintasan kereta api tanpa palang.
Karenanya, pihak keluarga berencana mengajukan gugatan ke PT KAI. Jika gugatan berhasil, maka uangnya akan digunakan untuk membuatkan palang pintu kereta api di lokasi kejadian.
“Pihak keluarga akan mengajukan gugatan kepada pihak kereta api, kita akan menuntut sebesar-besarnya. Nanti dapat berapa akan kita hibahkan untuk membuat palang kereta api. Karena lokasi perlintasan itu sangat berbahaya dan tidak ada palang pintunya,” papar Hari kepada wartawan.
Hari menguraikan pihaknya juga berharap PT KAI segera memasang palang pintu perlintasan kereta api di Bedowo.
Palang pintu itu dinilai penting demi keselamatan masyarakat. Ia berharap kedua orangtuanya menjadi korban terakhir dan ke depan insiden kecelakaan itu tidak lagi terulang.
“Tuntutan itu bukan untuk keluarga saya, tapi demi keselamatan masyarakat yang lain. Mungkin bapak ibu sayalah yang menjadi perantara. Semoga ini kejadian yang terakhir di situ,” imbuhnya.
Hari juga menyebut kondisi perlintasan di Bedowo juga sangat gelap dan minim penerangan.
PT KAI diharapkan bisa memberikan lampu sinyal atau penerangan sehingga menekan kerawanan.
Senada, Kades Jetak, Siswanto juga menilai perlintasan sebidang di Bedowo sangat rawan kecelakaan.
Meski sudah ada peredam kejutnya, ketiadaan palang pintu dan petugas menjadikan perlintasan itu kerap terjadi kecelakaan.
“Perlintasan itu memang sangat berbahaya. Sudah nggak kehitung berapa korban yang tewas kecelakaan di situ. Kami sebenarnya sudah berulangkali mengajukan agar dibuatkan palang pintu, tapi sampai sekarang enggak ada respon,” tuturnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (13/10/2021).
Siswanto menyampaikan jika tidak sanggup membuatkan palang pintu, ia meminta setidaknya diberi petugas penjaga yang stan by 24 jam.
Honornya bisa diambilkan dari APBD. Menurutnya semua itu demi menjaga keselamatan pengendara sehingga insiden kecelakaan tidak terus berulang.
“Semoga ini menjadi perhatian pihak terkait dan PT KAI. Jangan sampai korban jiwa terus berjatuhan,” tandasnya. Wardoyo