Beranda Daerah Sragen Pak Djon Petani Bawang Merah di Sragen Kenalkan Metode Baru Budidaya Organik....

Pak Djon Petani Bawang Merah di Sragen Kenalkan Metode Baru Budidaya Organik. Cukup Pakai Selambu, Hasilnya Wow Naik 2 Kali Lipat

Panen raya bawang merah organik di lahan milik Pak Djon Suwandi di Ngoncol, Nglorog, Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Sragen memperkenalkan metode budidaya bawang merah organik nan menjanjikan.

Selain menghemat biaya produksi dan waktu tanam, budidaya dengan konsep tanpa bahan kimia itu diklaim memberi hasil produksi naik berlipat.

Hal itu dibuktikan ketika dilakukan panen raya bawang merah kerjasama ABMI dengan Bank Indonesia Perwakilan Solo di daerah Ngoncol, Nglorog, Sragen Kota, beberapa hari lalu.

Panen raya dilakukan di lahan seluas 1500 m2 milik pengurus seksi produksi ABMI Sragen sekaligus petani bawang merah, Djon Suwandi.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Djon mengungkapkan budidaya bawang merah organik di lahannya sudah berlangsung tiga kali.

Karena non kimia, tanaman bawang merahnya dipupuk dengan pupuk organik dan tanpa pestisida. Lahan 1500 m2 itu kebutuhan pupuk organiknya ia beri 2,5 ton.

Harga pupuk organik jauh lebih hemat dibanding pupuk kimia. Sedangkan kebutuhan bibit sekitar 200 kg.

Untuk mencegah hama, lahan ditutup dengan selambu secara menyeluruh.

Biaya untuk membeli selambu lahan 1500 m2 miliknya membutuhkan anggaran Rp 9 juta. Selambu itu bisa dipakai untuk 3 sampai 4 kali tanam.

Ia merasakan budidaya bawang merah organik sangat berbeda dan banyak menguntungkan. Salah satunya kandungan tanah yang dinilai jauh lebih subur dari waktu ke waktu.

Baca Juga :  Kakek Dirjo, Petani Asal Desa Gading, Sumbang Satu Kebun Bambu untuk Untung Wiyono: Keluarga Pak Untung Dikenal Paling Ikhlas pada Masyarakat Sragen

“Karena pakai pupuk organik, batang bawang merah kami lebih kokoh dan tidak mudah terserang penyakit. Lalu kesuburan tanah juga berbeda. Kalau pakai pupuk kimia itu sifat suburnya sementara karena penguapannya tinggi. Kalau pakai organik sangat jauh sekali,” tuturnya.

Selain menghemat biaya, budidaya organik untuk bawang merah juga memiliki umur yang lebih singkat.

Jika ditanam cara biasa, membutuhkan 65 hari dari tanam sampai panen, namun kalau secara organik umur 57 hari sudah bisa dipanen.

“Terpaut 1 minggu lebih cepat,” imbuhnya.

Produksi Naik 2 Kali Lipat

Sementara dari sisi produksi, bawang merah organik terbukti memiliki hasil lebih meningkat. Djon menyebut dari hasil ubinan, lahan 1500 M2 miliknya bisa menghasilkan 17 kuintal atau 1,7 ton bawang merah.

Djon Suwandi (kanan) bersama Ketua ABMI, Suratno (tengah). Foto/Wardoyo

Sedangkan untuk lahan dengan luasan yang sama milik petani sebelahnya yang ditanami bawang dengan cara biasa, hanya mampu menghasilkan 8 kuintal atau separuhnya.

“Kalau dari harga, harusnya memang lebih mahal karena bawang merah organik ini lebih bagus untuk kesehatan karena non kimia. Akan tetapi sementara kita belum ada link untuk penjualan bawang merah organik. Yang penting kita berdayakan dulu budidaya organiknya dan kalau dihitung sudah memberi keuntungan lebih bagi petani,” jelasnya.

Baca Juga :  KPU Sragen Dituduh Dzalim di Pilkada 2024, Tim Kampanye Paslon 02 Sigit-Suroto Beberkan Keburukan Selama Debat Terbuka Berlangsung
Bawang merah organik. Foto/Wardoyo

Ketua ABMI Sragen, Suratno mendorong petani bawang merah di berbagai wilayah di Sragen untuk mengadopsi sistem budidaya organik. Sebab dari demplot dan lahan yang sudah ditanami secara organik menunjukkan hasil produksi yang berlipat.

“Kemudian dari sisi harga, komoditas organik itu harganya lebih mahal karena lebih sehat. Kami dari BI Solo siap untuk membantu petani bawang merah dalam rangka pemberdayaan bawang merah organik. Karena bawang merah salah satu komoditas yang berpengaruh signifikan terhadap inflasi,” tandas Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo. Wardoyo