WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Warga Wonogiri yang merantau diimbau tidak mudik terlebih dahulu pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini. Hal ini sebagai langkah antisipasi munculnya klaster penularan baru COVID-19.
Kebikan ini sekaligus merupakan salah satu cara mengantisipasi kekhawatiran adanya gelombang COVID-19. Mengingat momen seperti Nataru biasanya terjadi pergerakan arus mudik hingga memunculkan kerumunan.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, sebentar lagi kita akan ada momen libur Nataru. Ini harus disosialisasikan lebih awal bahwa kegiatan-kegiatan yang berpotensi menjadi cluster-cluster penularan tentu akan dimeminimalisir, seperti kerumunan dan sebagainya.
“Agar di Wonogiri tidak terjadi lonjakan mobilisasi dalam momentum Natal dan tahun baru, maka kami bermohon kepada seluruh warga Wonogiri. Khususnya yang merantau, sekiranya tidak ada sesuatu yang sangat penting mohon kerjasamanya untuk tidak mudik dulu. Ini untuk menjaga stabilitas kondisi agar tetap di level dua bahkan meningkat ke level satu,” ungkap Bupati kepada wartawan di komplek Setda Wonogiri, Kamis (28/10/2021).
Menurut Bupati, menjaga kondisi tetap di level dua bahkan satu menjadi tanggungjawab kolektif untuk menjaga keluarganya menjaga lingkungannya masing-masing. Ini bisa ditempuh dengan berkontribusi untuk tidak mudik dulu.
“misalnya terpaksa mudik tentu harus mendisiplinkan diri dengan SOP yang ada. Misalnya memeriksakan diri pada pukesmas melaporkan pada RT. Kalau ada gejala-gejala yang mengkhawatirkan harus melakukan langkah-langkah khusus termasuk mengisolasi diri,” beber Bupati.
Pihaknya yakin protokol kesehatan sudah menjadi treatment sudah menjadi sistem dan kebiasaan. Tinggal nanti pada lingkungan masing-masing melakukan pengawasan.
“Jadi kesimpulannya adalah hanya dengan kesadaran kolektif, hanya dengan kebersamaan, hanya dengan satu satu pemahaman sehingga kita bisa menghindarkan dari pandemi,” sebut pria yang akrab disapa Jekek ini.
Sementara saat ini capaian vaksinasi COVID-19 di Wonogiri mencapai 90 persen lebih. Selain itu kini tidak ada lagi desa di ujung tenggara Jateng tersebut yang capaiannya di bawah 75 persen.
Artinya apakah hajatan saat ini sudah bisa digelar? Jekek mengiyakan kenyataan itu. Ini mengingat sesuai aglomerasi kecamatan, syarat minimal pelaksanaan hajatan terbatas adalah semua desa memiliki tingkat vaksinasi di atas 75 persen.
“Yang penting tidak pakai hiburan,” beber dia. Aris