Beranda Daerah Wonogiri Cara Mencari Luweng Menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo Ternyata Pakai Bola, Jekek...

Cara Mencari Luweng Menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo Ternyata Pakai Bola, Jekek Pernah Melakukannya Tahun Lalu, Hasilnya?

Jalan terendam akibat banjir dari tersumbatnya luweng di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri. Foto : istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM
Genangan banjir akibat luweng atau banjir luweng kerap terjadi di sejumlah daerah di Wonogiri selatan. Salah satu antisipasinya adalah mencari keberadaan mulut luweng.

Banjir luweng itu terjadi lantaran mulut luweng tersumbat. Bisa juga karena mulut maupun salurannya menghilang.

Jika sudah begini, akibatnya limpahan air tidak bisa mengalir ke saluran luweng. Padahal luweng menjadi semacam drainase alami di daerah karst Wonogiri.

Sehingga ketika saluran tersumbat atau hilang, akibatnya bisa ditebak. Air akan menggenang di pekarangan, areal persawahan, bahkan sampai ke pemukiman.

Nah, sebagai langkah antisipasi dilakukan pencarian luweng. Ini sebagaimana dilakukan relawan, warga, dan pemerintah setempat di Kecamatan Pracimantoro.

Soal banjir luweng ini Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek mengatakan pihaknya pernah melakukan pencarian titik luweng di sekitar genangan banjir di tahun lalu. Cara mencari luweng adalah dengan mengapungkan bola di genangan.

“Kita apungkan bolanya nanti ditunggu mengalirnya kemana. Tapi titik sentralnya (mulut luweng) juga tidak ketemu. Problem ini nggak hanya setahun dua tahun. Coba tanya sesepuh yang ada di sana juga tidak bisa menunjukkan,” ujar Bupati usai sarasehan siaga bencana di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (18/11/2021).

Menurut bupati, jika sudah diketahui mulut luweng maka bisa dilakukan tindakan agar mulut luweng bisa berfungsi dan diantisipasi supaya tidak tersumbat dengan memasang penghalang sampah. Namun, yang paling sulit adalah mendeteksi lokasi mulut luweng yang tersumbat atau tertimbun tanah.

Baca Juga :  Mahasiswa MBKM KKN UNS Tanam 200 Pohon Tabebuya untuk Hijaukan Desa Conto

Beruntung, upaya pencarian mulut luweng di Kecamatan Pracimantoro juga sudah menghasilkan hasil di tahun ini. Sejumlah mulut luweng yang sempat tertimbun akhirnya bisa ditemukan relawan. Namun masih ada beberapa mulut luweng yang masih dicari.

Pihaknya baru-baru ini juga melakukan komunikasi dengan Badan Geologi. Menurut dia, Badan Geologi juga siap membantu mendeteksi lokasi luweng dengan menggunakan alat khusus.

Sementara ini ada peringatan bagi warga Wonogiri, terkait bencana alam. Ternyata daerah terluas kedua di Jateng setelah Cilacap itu merupakan daerah rawan bencana.

Bahkan kerawanan bencana ini termasuk tinggi. Terbukti dari masuknya Wonogiri sebagai daerah zona merah bencana alam alias bencal.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengungkapkan kenyataan itu dalam sarasehan bencana alam di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (18/11/2021). Dengan masuknya Wonogiri zona merah bencana alam, semua pihak harus waspada dan siaga.

“Wonogiri termasuk sebagai daerah zona merah rawan bencana alam. Bencana alam berisiko terjadi di seluruh wilayah di Wonogiri,” tegas Bupati.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan pernyataan itu berdasarkan pemetaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dari pemetaan diketahui bahwa Wonogiri masuk sebagai wilayah zona merah terjadi bencana alam. Itu karena seringnya terjadi kasus bencana alam di Wonogiri.

Karena itu, perlu ada langkah antisipatif oleh semua pihak.

Baca Juga :  Sembako jadi Sarana Pendinginan Suasana Pilkada Wonogiri 2024

“Antisipasi yang pertama tentu mengingatkan publik, saat ini sudah masuk musim penghujan,” ujar dia.

Di musim penghujan, imbuh Bupati, ada potensi terjadinya bencana alam di Wonogiri. Ada sejumlah bencana yang sering terjadi di Kota Gaplek saat musim penghujan. Bencana itu di antaranya adalah tanah longsor, banjir hingga puting beliung. Terlebih, kata Bupati, kondisi Wonogiri berupa pegunungan dan lembah.

“Itu semua berpotensi di seluruh wilayah Wonogiri. Resiko bencana kita cukup tinggi,” kata dia.

Bupati mengatakan sudah banyak Desa Tangguh Bencana (Destana) di Wonogiri. Pihaknya juga bakal mendorong semua desa untuk menjadi Destana sehingga juga bisa melahirkan keluarga tangguh bencana. Kesadaran masyarakat juga harus tumbuh mengingat masuknya Wonogiri sebagai daerah zona merah bencana alam. Aris