JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Covid-19 Menghilang, 73 Karyawan RSUD Sragen Langsung Diberhentikan. Direkrut Saat Horor Bulan Juli Sebulan 222 Pasien Meninggal

Ilustrasi penanganan pasien covid-19 saat simulasi di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Manajemen RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen resmi memberhentikan 73 karyawan penanganan Covid-19.

Mereka diberhentikan lantaran kasus Covid-19 sudah mereda sehingga tidak ada lagi job desk yang dikerjakan.

Puluhan karyawan yang diberhentikan itu sebelumnya direkrut dengan perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Mereka direkrut saat kasus Covid-19 memasuki masa mencekam pada bulan Juli 2021 di mana kasus meledak hingga 222 pasien Covid-19 di rumah sakit itu meninggal dunia.

Direktur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Didik Haryanto mengatakan PKWT tersebut sebelumnya direkrut oleh pihak RSUD dengan persetujuan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Saat itu PKWT diminta untuk membantu menangani pasien Covid-19 di RSUD yang kala itu sedang tinggi-tingginya.

PKWT awalnya akan dikontrak hingga akhir tahun 2021,” paparnya kepada wartawan, kemarin.

Kasus Covid-19 di Sragen sendiri sempat mengalami periode terburuk pada Bulan Juli hingga Agustus di 2021.

Namun pada September angka pasien Covid-19 di Kabupaten Sragen mulai mereda dan turun drastis.

“Waktu kasus Covid-19 tinggi-tingginya pada Juli lalu kami diminta merekrut PKWT. Waktu itu pengennya sampai akhir tahun karena tidak mungkin hanya 1-2 bulan,” terang Didik.

Ketika kasus Covid-19 sudah melandai dan nyaris sudah nihil mulai September 2021, manajemen akhirnya memutuskan tidak mempekerjakan mereka lagi.

Baca Juga :  Usai Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Ketua Umum Gribranholic Sudirman Dukung Prabowo Gibran Menuju Indonesia Emas

Puluhan PKWT itu kemudian diberhentikan pada 1 Oktober 2021 lalu sebelum kontrak berakhir pada akhir tahun ini.

Pemberhentian PKWT dilakukan karena adanya ketimpangan antara jumlah pasien dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlebih.

Saat kasus Covid-19 turun, Didik mengaku PKWT ini tidak ada pekerjaan sehingga terjadi kelebihan SDM.

“Tanpa PKWT saja, SDM sudah berlebih,” tukasnya.

Menurutnya, dampak berlebihan SDM akan menimbulkan masalah-masalah baru di RSUD. Seperti kedisplinan yang kurang hingga bisa menimbulkan kecemburuan antar pekerja.

Meskipun diberhentikan sebelum waktunya, Didik mengaku tidak menimbulkan permasalahan. Dia mengklaim semua PKWT itu sudah memaklumi kondisi yang ada.

“Alhamdulillah, 73 PKWT diberhentikan juga tidak menimbulkan permasalahan, Mereka bisa memahami,” tandasnya.

Termasuk saat ini, Didik mengaku pihaknya tidak bisa menerima pelamar pekerjaan. Karena dinilai mendaftar diri disaat yang tidak tepat.

Untuk mengantisipasi gelombang ketiga kasus Covid-19, Didik menyebut perekrutan tenaga medis nantinya akan menyesuaikan dengan kebutuhan.

“Ada rasio jumlah pasien dengan nakes yang melayani. Selama kita masih mampu dan cukup tentu mengoptimalkan SDM yang ada. Saat ini saja SDM sudah dikembalikan ke job desk awal sebelum Pandemi Covid-19,” tandasnya.

Baca Juga :  Momen Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi Hadiri Acara Bedoro Bersholawat Bersama Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf

Horor Bulan Juli

Terpisah, anggota DPRD Provinsi Jateng asal Sragen, Untung Wibowo Sukowati sebelumnya mengingatkan agar masyarakat senantiasa menaati protokol kesehatan.

Prokes dinilai penting untuk mencegah potensi gelombang baru penyebaran Covid-19 yang pernah mencapai ledakan pada bulan Juli 2021.

“Imbauan kami, vaksinasi penting tapi prokes jangan sampai kendor. Apalagi menjelang Nataru, harus benar-benar semua pemangku kepentingan gencar untuk melakukan antisipasi. Jangan sampai terulang kembali bulan Juli-Agustus (puncak covid-19). Chaos betul saat itu, semua rumah sakit kewalahan,” paparnya saat meninjau vaksinasi di DPC PDIP Sragen belum lama ini.

Sekadar tahu, bulan Juli-Agustus lalu memang seolah menjadi puncak horor wabah Covid-19 nasional maupun di Sragen.

Data yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM , dalam satu bulan Juli ada 222 pasien Covid-19 di RSUD Sragen yang meninggal dunia.

Bahkan data di Dicpendukcatpil mencatat selama sebulan itu ada 1.500 warga Sragen yang meninggal dunia dan menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah.

Politikus yang akrab disapa Mas Bowo itu meyakini belajar dari momen Juli-Agustus itu, kesadaran masyarakat kini sudah jauh lebih baik.

Sebab saat ini ketaatan prokes dan vaksinasi hampir menjadi persyaratan di semua lini baik dalam bekerja, aktivitas perjalanan dan mobilitas lainnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com