Beranda Edukasi Pendidikan Merdeka Belajar Atasi 3 Persoalan Mendasar Pendidikan Indonesia

Merdeka Belajar Atasi 3 Persoalan Mendasar Pendidikan Indonesia

Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) menggelar  Konferensi Internasional Pendidikan Islam bertema “Bagaimana Menjawab Tantangan Pendidikan Islam di Kancah Internasional”.

Konferensi Internasional itu merupakan rangkaian dari agenda Musyawarah Nasional V JSIT Indonesia yang diselenggarakan di Lor In Solo Hotel, 20-24 Desember 2021.

Konferensi tersebut menghadirkan lima orang  narasumber dari tiga negara, yakni Dr. Sukro Muhab dan  Dr Mohammad Zahri, M.Pd dari Indonesia, Prof. Dato’ Dr. Muhamed Ridza Bin Wahiddin dan Dr. Khodori Ahmad dari Malaysia, serta Dr. Robin Ahmad Gofur dari United Kingdom.

Hadir juga sebagai keynote speaker, Dr Praptono, M.Ed selaku Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Republik Indonesia.

Praptono menyampaikan seputar  kebijakan merdeka belajar yang bertujuan untuk mengatasi tiga persoalan mendasar dari pendidikan di Indonesia, yakni pemenuhan pendidikan bagi semua anak, meningkatkan mutu pendidikan, serta mengatasi disparitas mutu pendidikan yang masih tinggi di Indonesia.

Baca Juga :  Purna Tugas di UNS, Prof Pranoto Lanjutkan Langkah di UMUS Brebes

“Masih ada sekitar lima persen anak-anak Indonesia yang harus diupayakan untuk mendapatkan layanan pendidikan,” ungkap Praptono.

Sementara itu, Sukro menyampaikan bagaimana sekolah-sekolah Islam harus menjawab tantangan era industri 4.0.

“Kurikulum pendidikan Sekolah Islam Terpadu haruslah tidak sebatas pengembangan akademik, tapi juga pemberdayaan kompetensi peserta didik secara komprehensif baik yang bersifat spiritual, akademik, kebakatan, kepemimpinan, dan entrepreneur,” tambah Sukro, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Dari Malaysia, Mohamed Ridza menyampaikan  pentingnya seorang pendidik untuk terus mengalirkan  ilmu. Sebagaimana sebuah filosofi _Learning more, discovery more, dan sharing more_.

“Hanya saja banyak tantangan dalam menyampaikan ilmu. Salah satunya adalah adanya batas zaman yang memisahkan antara guru dengan murid-muridnya”, ungkap Mohamed Riza.

Menutup Konferensi Internasional tersebut, Zahri selaku Ketua Umum JSIT Indonesia menyampaikan peran guru sangat penting dalam memberikan keteladanan. Hal ini tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun.

Baca Juga :  ISETH 2024, UMS Berkomitmen pada Pengembangan Teknologi

“Hal yang paling penting adalah jiwa, keteladanan, dan kompetensi seorang guru dalam memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi, pendidikan akan lebih mudah dan cepat.tapi dengan jiwa dan keteladanan, pendidikan menjadi utuh,” tambahnya. Suhamdani