SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku prihatin dengan rentetan beberapa kepala daerah yang ditangkap komisi pemberantasan korupsi (KPK) karena terseret kasus dugaan korupsi akhir-akhir ini.
Meski demikian, ia juga mengaku risih dan geregetan dengan banyaknya kasus OTT kepala daerah oleh KPK karena terjerat kasus korupsi.
Pasalnya banyaknya OTT kepala daerah itu akhirnya memunculkan stigma negatif di masyarakat seakan-akan semua kepala daerah diasumsikan sama.
“Stigma itu yang nyebelin (menyebalkan). Karena banyak bupati kena OTT akhirnya diasumsikan kalau bupati pasti korupsi. Padahal enggak, mestinya ya jangan digebyah uyah (disamaratakan),” ujarnya saat memberi sambutan dalam acara pembekalan bagi mahasiswa penerima KIP Kuliah di Ndayu Park, Minggu (16/1/2022).
Bupati menguraikan sebagai pejabat publik, tugas bupati adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Meski ada beberapa kepala daerah terjerat korupsi dan di-OTT, tidak fair jika kemudian diasumsikan semua kepala daerah lantas berperilaku yang sama.
“Sebagai pejabat publik, kita itu bagaimana dengan jabatan itu bisa bermanfaat untuk masyarakat,” jelasnya.
Pernyataan itu dilontarkan menyusul dua kasus penangkapan kepala daerah oleh KPK dalam beberapa hari terakhir.
Kedua kepala daerah itu yakni Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas’ud yang terkena OTT pada Rabu (12/1/2022).
Ia ditangkap tak lama setelah KPK meringkus Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi Kamis (6/1/2022) lalu.
Rahmat Effendi terjaring operasi tangkap tangan KPK terkait dugaan korupsi pengadaan barang dan jasa, serta lelang jabatan di lingkungan Pemkot Bekasi.
Atas fenomena itu, Bupati Yuni pun mengaku prihatin. Saat meresmikan Puskesmas Karangmalang dua hari lalu ia juga memohon doa agar bisa menyelesaikan tugas pembangunan di Sragen sampai masa tugasnya berakhir.
“Karena pada dasarnya tidak ada keinginan untuk memperkaya diri saat menjadi kepala daerah,” tegasnya. Wardoyo