JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Jumlah Kasus Leptospirosis di Wonogiri Mencapai 11, 1 Orang Dinyatakan Meninggal

Anggota Kodim 0728 Wonogiri dan petani melaksanakan gropyokan tikus
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Tidak hanya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang cukup tinggi di Wonogiri. Kasus leptospirosis di Wonogiri juga tidak sedikit.

Buktinya selam setahun pada 2021 lalu tercatat ada 11 kasus leptospirosis di Wonogiri. Dari jumlah tersebut satu pasien dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri Setyorini melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Wonogiri Satyawati Prawirohardjo mengatakan sepanjang tahun 2021 pihaknya mencatatkan jumlah kasus leptospirosis di Wonogiri mencapai 11.

“Dari 11 kasus itu, satu kasus di antaranya meninggal dunia. Catatan kami, itu dari Kecamatan Manyaran pada awal Maret 2021,” terang Satyawati baru-baru ini.

Dari belasan kasus itu, tak semuanya terjadi di Wonogiri, ada juga kasus impor. Dia menuturkan, kasus impor itu misalnya dialami oleh perantau.

Salah satu contohnya, pernah ada kasus warga Kecamatan Pracimantoro yang bekerja di Kota Solo. Perantau itu terinfeksi leptospirosis di sana.

Namun saat kondisinya memburuk, perantau itu pulang ke Wonogiri dan usai memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, diketahui bahwa yang bersangkuta terkena leptospirosis. Beruntung setelah mendapatkan oerawatan kondisinya kian membaik.

Baca Juga :  Mengenal Pemanfaatan Program Indonesia Pintar di Ujung Barat Laut Wonogiri

“Kalau ada kasus impor, kami juga koordinasikan hal tersebut dengan Dinkes daerah setempat dimana warga terkena leptospirosis,” ujar dia.

Kasus kematian akibat leptospirosis juga dicatatkan kasus impor. Diketahui, warga tersebut sehari-hari bekerja di Boyolali.

Lebih jauh, Satyawati menjelaskan leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri leptospira. Biasanya, orang bisa tertular leptospirosis akibat air kencing tikus.

Seseorang bisa terinfeksi leptospirosis lewat luka terbuka yang terkena air kencing tikus. Karena itu masyarakat harus waspada di musim penghujan seperti saat ini. Pasalnya, seseorang bisa terpapar leptospirosis di genangan air yang terkontaminasi air seni tikus yang membawa bakteri tersebut.

“Perlu hati-hati di tempat yang terdapat genangan. Misalnya pasca banjir,” kata dia.

Selain itu, lokasi yang memiliki genangan seperti sawah sebenarnya juga rawan. Sebab, di area persawahan biasanya terdapat tikus. Karena itu para petani juga beresiko terpapar leptospirosis jika tidak memakai alat pelindung diri seperti sepatu boot.

Baca Juga :  Di Ujung Tenggara Wonogiri, Kombel Sigap Helat Strategi Peningkatan Kompetensi dan Kinerja

Selain lewat genangan air, seseorang bisa terinfeksi leptospirosis lewat saluran cerna. Satyawati menuturkan, masyarakat perlu memperhatikan kondisi rumahnya.

“Kalau sudah mengetahui rumahnya banyak tikus, jangan dibiarkan makanan atau alat makan kita terbuka. Bisa saja makanan atau alat makan terkontaminasi air kencing tikus. Jadi, seseorang bisa terpapar leptospirosis lewat dua cara, dari luka atau kulit yang terbuka dan juga lewat saluran cerna,” beber dia.

Sementara untuk gejala penderita leptospirosis diantaranya adalah mengalami demam, nyeri kepala, nyeri otot hingga gangguan pencernaan. Sementara ciri khasnya adalah sklera (bagian berwarna putih di mata) orang yang terinfeksi berwarna kekuningan.

Ciri khas lainnya nyeri di bagian betis lebih terasa dibanding nyeri di bagian lain. Untuk mengetahui apa benar terkena leptospirosis atau tidak, lewat pemeriksaan laboratorium. Aris

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com