WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Keberadaan Masjid Tiban Wonokerso di Desa Sendangrejo Kecamatan Baturetno Wonogiri menjadi kebanggaan warga Kota Mete. Pasalnya merupakan saksi sejarah yang tak lekang dimakan jalan.
Bukan hanya usianya yang lebih tua dibandingkan Masjid Agung Demak. Masjid yang merupakan peninggalan Walisongo itu juga menjadi saksi bersejarah perjuangan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa melawan kolonial Belanda.
Bangunannya tidak terlalu besar. Masjid itu memiliki luas 7 X 7 meter dan dibuat menggunakan kayu. Masjid itu berdiri di atas batu umpal sebagai alas pilar-pilar bangunan.
Takmir Masjid Tiban Wonokerso, Slamet (75) menuturkan bahwa masjid tersebut dibangun saat para Wali sedang mencari kayu untuk bangunan Masjid Demak. Saat masjid sudah berdiri dan Walisongo kembali melanjutkan perjalanan terjadi sekitar tahun 1479 Masehi.
Waktu pun berlalu, bangunan tersebut kemudian kembali tertutup oleh hutan. Baru beberapa ratus tahun kemudian atau sekitar 1741 Masehi, masjid tersebut ditemukan oleh seseorang.
Orang tersebut menurutnya adalah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa. Saat itu, Raden Mas Said sedang bergerilya melawan Belanda dan bersembunyi di wilayah Wonogiri.
Saat itu, diperkirakan sekitar tahun 1741 Masehi, Pangeran Sambernyawa bersembunyi disebuah semak-semak belukar. Pasukan Belanda saat itu tidak bisa menemukan, padahal jaraknya dekat.
“Saat itu juga ada sarang laba-laba dan masih utuh. Jadi Belanda mengira tidak ada siapapun di dalam semak itu karena kalau dilewati orang, jelas sarangnya sudah rusak,” jelas Slamet baru-baru ini.
Bersama bala tentaranya, Raden Mas Said keluar dari persembunyian. Betapa terperangah Pangeran Sambernyawa setelah melihat yang digunakan untuk bersembunyi adalah kolong sebuah masjid.
Setelah perjuangan melawan Belanda selesai dan Raden Mas Said bergelar KGPAA Mangkunegara I, dia mengutus tiga orang untuk kembali ke Wonogiri. Tujuannya adalah merawat masjid tersebut yang melindungi dari pasukan Belanda. Ketiga orang itu kemudian juga mendirikan Dusun Wonokerso.
Hingga kini, Slamet mengatakan masjid tersebut masih digunakan untuk ibadah warga sekitar. Perawatan juga masih dilakukan. Bahkan, bangunan asli juga masih dipertahankan.
Menurut Warto, Juru Pelihara Masjid Tiban Wonokerso, sejak tahun 1996, masjid itu masuk dalam benda cagar budaya. Aris