JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Menguak Riwayat Lokalisasi Legendaris Mbah Gajah Gondang. Pernah Kondang Tarif Ceweknya Murah Meriah, Sensasinya Main di Sawah-Sawah

Ilustrasi PSK di lokalisasi. Foto/istimewa
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kompleks lokalisasi Mbah Gajah di Gondang, Sragen kini kembali menjadi perbincangan.

Namun bukan karena keberadaannya sebagai tempat prostitusi terselubung, akan tetapi soal wacana Pemkab dan Pemdes setempat untuk merombak total kompleks itu menjadi pasar rakyat.

Wacana itu digulirkan untuk menghilangkan stigma negatif kompleks Pasar Mbah Gajah yang selama berpuluh-puluh tahun melekat sebagai kompleks layanan jasa esek-esek.

Lantas seperti apa sebenarnya riwayat Kompleks Lokalisasi Mbah Gajah? Menurut sejumlah saksi sejarah di sekitar Kompleks Mbah Gajah, kompleks Mbah gajah itu sudah ada sejak puluhan tahun silam.

“Dari cerita yang saya tahu, awalnya cuma warung-warung biasa. Kenapa dinamakan Mbah Gajah, karena sesepuh yang punya warung itu badannya gemuk sehingga disebut Mbah Gajah. Dia punya rewang yang ternyata cantik dan bisa diajak (dalam tanda kutip). Nah akhirnya berkembanglah lokasi warung-warung situ mendatangkan cewek-cewek untuk menemani pengunjung,” ujar Heri (48) salah satu tokoh di wilayah Sragen Timur dekat kompleks Mbah Gajah, Jumat (14/1/2022).

Ia menuturkan seiring banyaknya penjaja warung yang bisa dibooking untuk layanan tambahan, akhirnya lambat laun kompleks Pasar Mbah Gajah akhirnya justru moncer dengan bisnis esek-esek terselubung.

Heri menuturkan para pelanggan yang datang mayoritas memang pria pemburu syahwat. Tak hanya siang, kompleks itu makin ramai jika malam tiba.

“Biasanya yang datang itu sambil minum (miras). Nanti setelah agak naik baru mbooking. Ceweknya ada yang mangkal di warung, ada juga yang di sekitar situ,” urainya.

Menurutnya, saat jaya-jayanya, Kompleks Mbah Gajah memang tak pernah sepi pengunjung. Hal itu lantaran tarif penjaja syahwat di lokasi itu terkenal sangat miring alias murah meriah.

Ia menyebut tarif PSK yang ada, tak lebih dari Rp 50.000. Tarif itu dinilai cukup merakyat meski realitanya PSK yang mangkal memang mayoritas sudah berumur di atas 30an tahun.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

“Nggak sampai Rp 50.000. Tapi ya itu. Memang sudah STW (setengah tua). Kadang yang datang kebanyakan pas mabuk-mabuk jadi ya nggak begitu nggagas fisiknya. Katanya yang penting murah,” imbuh Heri lagi.

Satu hal yang identik dari Mbah Gajah, menurut Heri selain murah meriah, pengunjung terkadang ketagihan sensasi di kompleks itu. Sebab lokasi untuk bercintanya tidak di bilik atau kamar pada umumnya.

Akan tetapi di sawah-sawah atau di pematang sekitar pasar. Biasanya PSK membawa tikar dan digelar di lokasi sawah.

“Ya di sawah-sawah ada yang di pematang juga. Pernah suatu ketika saya tugas ikut penertiban malam-malam. Banyak sekali yang sedang gituan di sawah- sawah dan galengan (pematang). Begitu lihat aparat semua langsung ambyur (berhamburan),” kenangnya.

Namun Heri menegaskan cerita itu adalah pemandangan Kompleks Mbah Gajah sekitar 10 sampai 20 tahun silam. Kini, kompleks Mbah Gajah sudah relatif sepi dan bahkan nyaris tak seperti imagenya ketika kondang dulu.

“Sekarang sudah jauh berbeda. Nggak kayak dulu banyak wanita mangkal di warung dan dekat sawah-sawah. Apalagi mungkin dengar wacana akan dirombak itu sudah pada nyingkir,” tandasnya.

Dirombak Pasar Rakyat 

Wacana perombakan Mbah Gajah menjadi Pasar Rakyat juga digulirkan Pemkab dan Pemdes setempat.

“Gondang itu sebenarnya ada lahan strategis Mbah Gajah. Nah, wacana Pemdes mau dijadikan pasar desa atau pasar rakyat,” papar Kades Gondang, Warsito beberapa waktu lalu.

Warsito menguraikan kehadiran Pasar rakyat itu digagas untuk merubah wajah Mbah Gajah yang selama ini banyak diasumsikan sebagai lokasi lokalisasi terselubung.

Selain menambah pendapatan desa, juga diharapkan menghilangkan stigma negatif dan membersihkan dari segala aktivitas PSK di kompleks Mbah Gajah.

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

“Pekerja PSK masih ada meski satu dua dan terselubung. Harapan kami kalau dijadikan pasar rakyat dengan sendirinya bisa bergeser ke yang lainnya dan tidak jadi ikon negatif lagi. Itu juga upaya untuk pemulihan dan pemberdayaan ekonomi desa,” jelasnya.

Perempuan PSK asal Ngawi tampak berusaha menyembunyikan wajahnya saat hendak diamankan oleh polisi dari lokalisasi Mbah Gajah, Gondang, Selasa (9/1/2018). Foto/JSNews

Wacana itu juga mendapat dukungan dari tokoh masyarakat Desa Gondang. Anggota DPRD asal Gondang, Bambang Widjo Purwanto mengatakan pembangunan pasar rakyat di kompleks Mbah Gajah juga mencuat dan didukung para Ketua RT dan RW di Gondang saat pertemuan beberapa waktu lalu.

Selaku Ketua Paguyuban RT RW, ia memandang keberadaan pasar rakyat atau pasar desa itu tidak hanya merubah image negatif Mbah Gajah, namun juga upaya untuk menata pasar kambing dan kayu yang selama ini semrawut.

“Kemarin masukannya agar lokasi Mbah Gajah ditata dijadikan pasar rakyat. Di depannya kan ada tanah kas desa, bisa dipakai ruko atau kios-kios yang bisa difungsikan. Sehingga ada hasilnya untuk nambah pendapatan desa. Selain tujuan utamanya merubah image negatifnya,” tuturnya.

Bambang menyampaikan meski sudah terkikis dan PSK hanya tinggal satu dua, image negatif sebagai lokalisasi tak serta merta bisa hilang dengan mudah.

Pihaknya akan berupaya membantu melalui jalur legislasi agar wacana itu bisa direalisasi. Misalnya dengan anggaran BKK atau yang memungkinkan.

“Masyarakat sebenarnya sudah lama menolak keberadaan itu (lokalisasi Mbah Gajah). Karena di samping malu, juga merusak moral. Ya nanti kita akan upayakan kalau bisa ada bantuan meski lewat BKK. Karena itu lahannya tanah kas desa. Kalau bisa ditata, saya yakin potensinya bagus dan pasar akan bisa ramai,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com