JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Menko Airlangga: Efektivitas Pengendalian Omicron Percepat Pemulihan Ekonomi

Airlangga Hartarto / Istimewa
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Di tengah kondisi ketidakpastian global, Indonesia tetap mampu mencatatkan performa impresif pada neraca perdagangan.

Kinerja positif tersebut menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, akan meningkatkan resiliensi sektor eksternal Indonesia, sehingga semakin kuat menghadapi berbagai tantangan yang diperkirakan masih berlanjut di tahun ini.

Bahkan dapat dilihat, kinerja ekspor dan impor Indonesia tahun 2021 ditutup dengan pencapaian positif pada neraca perdagangan. Data menunjukkan bahwa pada Desember 2021, Indonesia kembali mengalami surplus sebesar US$1,02 miliar.

Menko Airlangga Hartarto mengatakan, kondisi tersebut membawa tren surplus kembali dapat dipertahankan sejak Mei 2020 atau selama 20 bulan berturut-turut.

Sepanjang 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$35,34 miliar. Nilai surplus tersebut menurut Menko Airlangga, merupakan rekor tertinggi sejak 15 tahun terakhir atau sejak 2006, di mana pada tahun tersebut nilai surplus mencapai US$39,37 miliar.

Kinerja surplus sepanjang 2021 ditopang dari nilai ekspor yang mencapai US$231,54 miliar atau tumbuh double digit sebesar 41,88% (yoy).

Hilirisasi komoditas unggulan, seperti turunan produk CPO, berhasil mendorong performa ekspor Indonesia. Hal tersebut tercermin dari ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang sepanjang 2021 mencapai US$32,83 miliar atau meningkat sebesar 58,48% (yoy).

Selain CPO, jelas Menko Airlangga, hilirisasi komoditas nikel juga memperkuat performa ekspor Indonesia, dengan pertumbuhan ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) mampu tumbuh sebesar 58,89% (yoy) menjadi sebesar US$1,28 miliar.

Baca Juga :  Dikhawatirkan Hukum Akan Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat usai Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Ini Saran Pakar

Lebih lanjut, dari 10 besar komoditas utama ekspor, komoditas bijih logam, terak dan abu (HS 26) mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 96,32% (yoy) menjadi sebesar US$6,35 miliar.

Hal itu diikuti oleh ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga naik signifikan mencapai 92,88% (yoy) menjadi senilai US$20,95 miliar.

“Pencapaian ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tercermin pula dari meningkatnya penciptaan nilai tambah pada sektor manufaktur. Terbukti secara kumulatif, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari – Desember 2021 naik 35,11% (yoy) menjadi sebesar US$177,11 miliar,” kata Menko Airlangga, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Selain itu, level Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga terus berada pada zona ekspansif yakni 53,5 pada Desember 2021, melanjutkan level ekspansi yang sudah terjadi selama empat bulan berturut-turut.

Level PMI Indonesia Desember 2021 itu bahkan lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia (52,8), Vietnam (52,5), Filipina (51,8), Thailand (49,5), dan Myanmar (49,0).

Penurunan kasus Covid-19 yang terjadi secara konsisten dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2021 membuat Pemerintah dapat memberlakukan pelonggaran pembatasan mobilitas.

Kondisi tersebut memberikan kelancaran aktivitas ekonomi sehingga mendorong kenaikan pada aggregate demand. Alhasil, sektor manufaktur juga terstimulasi untuk meningkatkan output produksinya.

Baca Juga :  Ide Presidential Club, Dahnil Anzar Yakin Prabowo Mampu Cairkan Komunikasi Jokowi-Megawati-SBY

Kendati demikian, jelas Menko Airlangga, Pemerintah tetap mewaspadai fenomena meningkatnya kasus varian Omicron yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Januari atau awal Februari 2022 ini.

“Dengan semakin efektifnya pengendalian Covid-19 dan antisipasi yang baik terhadap penyebaran varian Omicron, serta diiringi dengan terjaganya tingkat kedisiplinan protokol kesehatan, maka penurunan kasus Covid-19 diharapkan dapat terus terjadi, sehingga mampu mengakselerasi pemulihan ekonomi. Surplus perdagangan yang terus terjaga sepanjang 2021 juga disebabkan dari kinerja ekspor komoditas andalan Indonesia yang tetap solid,” jelas Menko Airlangga.

Sejalan dengan peningkatan ekspor, sisi impor Indonesia pada 2021 juga meningkat menjadi sebesar US$196,20 miliar atau tumbuh 38,59% (yoy).

Struktur impor Indonesia di 2021 didominasi impor golongan bahan baku dan penolong senilai US$147,38 miliar (75,12% dari total impor), diikuti barang modal US$28,63 miliar (14,59% dari total impor), dan barang konsumsi US$20,18 miliar (10,29% dari total impor).

Struktur tersebut mengindikasikan perekonomian Indonesia yang produktif melalui penciptaan nilai tambah yang lebih besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk diekspor kembali.

“Kinerja positif di 2021 ini akan terus dipertahankan Pemerintah dengan mengoptimalkan berbagai kebijakan, terutama dalam mendorong semakin banyaknya ekspor komoditas bernilai tambah,” pungkas Menko Airlangga. Suhamdani

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com