SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah miris mencuat di salah satu desa di Kecamatan Tanon. Warga desa itu mendadak geger dengan kondisi seorang bocah perempuan berusia 13 tahun yang diketahui hamil.
Ironisnya, bocah berinisial G itu diketahui mengalami keterbelakangan mental. Hingga kini belum diketahui siapa pria yang tega menghamili bocah tersebut.
Namun dugaan yang beredar, pelaku bejat yang tega menggagahi korban diduga berjumlah lebih dari satu orang.
Kabar kehamilan itu mendadak jadi perbincangan dan menjadi keprihatinan warga di desa tersebut.
Sebagian bahkan geram dan mendesak aparat maupun dinas terkait bergerak mengusut siapa pelaku yang tega menghamili korban.
Informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , kabar menggemparkan itu mencuat sejak tiga hari lalu.
Saat itu orangtua korban kaget ketika memeriksakan putri semata wayangnya itu ke dokter. Sebab si bocah diketahui sudah hamil dua bulan.
“Awalnya orangtua curiga kok anaknya nggak datang bulan sudah dua bulan. Akhirnya diperiksakan dan ternyata lha kok sudah ada isinya (hamil). Kabar lalu menyebar dan langsung heboh. Warga banyak yang prihatin kok ya ada yang tega melakukan itu (menyetubuhi),” ujar EK, salah satu tokoh di desa tersebut kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (22/1/2022).
EK menuturkan setelah gempar di lingkungan, karang taruna dan beberapa tokoh langsung bergerak melakukan klarifikasi.
Saat diinterogasi orangtua dan warga, bocah malang itu sempat menyebut ada tiga pelaku yang telah melakukan perbuatan tak senonoh kepadanya.
Dari tiga orang yang disebut, dua di antaranya tinggal masih satu desa. Namun si bocah itu juga mengaku pernah diperkosa oleh supir truk di dalam mobil.
Pengakuan korban yang berubah-ubah itu sempat membuat warga dan tokoh kebingungan.
“Dari dua terduga pelaku warga sini yang disebut korban itu, yang satu mengakui tapi tidak sampai sampai masuk. Nah yang satu tidak mengakui,” jelasnya.
Selain itu, kebiasaan korban yang jarang di rumah dan sering keluar meminta-minta di pasar serta truk-truk yang parkir di tepi jalan, membuat warga sulit mendeteksi siapa pria yang menghamilinya.
“Anaknya memang jarang di rumah. Kadang minta-minta di pasar, kadang juga minta ke sopir truk yang parkir dan pintunya diketuk-ketuk,” urai EK.
Orangtua Syok
Sebagai warga, EK mengaku sangat prihatin dengan apa yang menimpa G.
Sebab selain masih kecil dan mengalami keterbelakangan mental, keadaan ekonomi orangtuanya juga tak kalah memprihatinkan.
Bahkan akibat kejadian itu, orangtua korban utamanya sang ibu, sempat syok berat saat kali pertama mengetahui kondisi anaknya sudah berbadan dua.
“Bapaknya hanya buruh serabutan dan kondisinya juga ada kurang-kurangnya (kurang normal). Ibunya hanya buruh serabutan pitil bawang. Makanya warga prihatin, kalau bisa diusut siapa pelakunya dan dimintai pertanggungjawaban,” ujarnya.
Terpisah, Kades di desa itu, IR (45) membenarkan adanya kabar kehamilan G. Ia tak menampik kondisi G memang memiliki keterbelakangan mental.
Dari hasil pemeriksaan, bocah itu memang tengah hamil dua bulan. Terkait kasus itu, pihaknya sudah merespon dengan mengklarifikasi pihak keluarga dan korban dua hari lalu.
Namun keterangan berubah-ubah soal terduga pelaku yang disampaikan korban, membuat pihak desa dan warga harus berhati-hati untuk melangkah.
“Sudah kami klarifikasi dan mediasi tiga kali. Tetapi ya itu, keterangan itu molah maleh (berubah ubah) keterangan korban. Jadi nggak fokus di A, B, C dan malah sampai nyebut ke mana-mana. Yang kami khawatirkan nanti justru melebar nggak jelas malah menjadi pencemaran nama baik. Makanya kami hati-hati sekali menyikapinya,” urainya.
Terduga Disebut Lebih dari Satu
Kades menyampaikan awalnya korban memang menyebut ada 3 terduga pelaku yang dua diantaranya warga setempat. Namun saat disidang atau diklarifikasi dengan korban dan keluarga, kedua terduga bersikukuh tidak melakukan.
“Dari yang terduga sendiri juga malah siap akan ke jalur hukum kalau sampai dituduh dan dilaporkan. Karena kemarin informasi dari si anak sendiri, nggak hanya satu titik. Ada beberapa titik. Malah ada kejadian sama sopir truk juga. Cuma kan keterangannya itu juga nggak bisa sepenuhnya dipertanggungjawabkan karena nuwun sewu kondisi mentalnya juga seperti itu. Jadi kami juga nggak berani langsung memutuskan,” jelasnya.
Saat ini, pihaknya masih menunggu perkembangan lebih lanjut. Dari pihak keluarga sempat menyampaikan sudah pasrah menerima kondisi itu dan siap untuk merawat kehamilan si bocah sampai lahir. Wardoyo