SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Indonesia pada tahun 2022 ini diberi kepercayaan menjadi tuan rumah pertemuan akbar G20. Lebih membanggakan, salah satu rangkaian penting yakni penyelenggaraan pertemuan pertama Working Group untuk Trade Investment and Industry akan dihelat di Solo, 29-30 Maret 2022 mendatang.
Lantas, apa sebenarnya G20 itu? Seberapa besar manfaat Presidensi G20 bagi Tanah Air? Inilah sederet penjelasan seputar G20 dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, Minggu (2/1/2022)
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang berganti setiap tahunnya.
Sebagaimana ditetapkan pada Riyadh Summit 2020, Indonesia akan memegang presidensi G20 pada 2022, dengan serah terima yang dilakukan pada akhir KTT Roma (30-31 Oktober 2021).
Sejarah G20 awalnya dibentuk pada tahun 1999 atas inisiasi anggota G7. Lalu, G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, terutama yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin.
G20 pada mulanya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan. Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit).
Tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Forum tersebut memiliki tiga jenis pertemuan yang penting.
Pertama, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau Summit. Penyelenggaraan ini merupakan klimaks dari proses pertemuan G20, yaitu rapat tingkat kepala negara/pemerintahan.
Kedua, Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi/Ministerial & Deputies Meetings. Pertemuan itu diadakan di masing-masing area fokus utama forum. Pada Finance Track, Ministerial Meetings dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG). Sementara pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCBD).
Ketiga, Kelompok Kerja/Working Groups. Inilah pertemuan yang akan diselenggarakan salah satunya di Kota Solo. Beranggotakan para ahli dari negara G20, Working Groups menangani isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas, yang kemudian dimasukkan ke dalam segmen kementerian dan akhirnya KTT.
Presidensi G20 Indonesia di tahun 2022 mengusung tema bertajuk “Recover Together, Recover Stronger”. Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Ditunjuknya Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan G20 tentu membawa manfaat yang besar bagi pemulihan berbagai sektor yang sedang berkutat dengan Covid-19. Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
Selanjutnya, Presidensi G20 Indonesia 2022 juga membuktikan pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang juga dapat merepresentasikan negara berkembang lainnya.
Momentum presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (+ 20 tahun sekali). Oleh sebab itu, kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
Selain itu, momen ini bisa menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global. Dari perspektif regional, Presidensi ini menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi di kawasan, mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20.
Dengan menjadi tuan rumah, Indonesia bisa menyedot fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia. Linda Andini Trisnawati