Beranda Daerah Tradisi Nyadran di Desa Ujung-Ujung, Simbol Pembersihan Diri Sambut Ramadhan

Tradisi Nyadran di Desa Ujung-Ujung, Simbol Pembersihan Diri Sambut Ramadhan

Warga Desa Ujung Ujung, Pabelan, Semarang ini sedang membagi-bagikan makanan yang sudah didoakan dalam acara nyadran / Foto: Cindy Nur Arifah

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM Bulan suci Ramadhan selalu ditunggu-tunggu umat muslim. Pasalnya, di bulan Ramadhan banyak sekali pahala-pahala yang bakal kita dapatkan.

Biasanya, menjelang Ramadhan masyarakat muslim, terutama di Jawa menggelar tradisi nyadran dan ruwahan. Tradisi ini biasanya selalu diadakan pada bulan Ruwah (menurut kalender Jawa) atau Syakban (dalam penanggalan Hijriah).

Nyadran dan Ruwahan adalah tradisi yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat umumnya di pedesaan. Tradisi ini dilakukan sudah bertahun-tahun, yang menggabungkan antara kepercayaan adat dan ajaran agama.

Nyadran adalah ziarah makam untuk  pembersihan makam, mendoakan para leluhur serta menabur bunga. Sedangkan ruwahan adalah bentuk kegiatan untuk silaturahmi antar warga sebelum puasa tiba. Setelah itu masyarakat mengadakan kenduri.

Biasanya, masing-masing warga akan memasak dan membuat makanan khusus untuk kenduri, seperti nasi berkat, ketan, tumpeng dan lain-lain.

Baca Juga :  Tragis! Warga Palembang Ini Sekap Isterinya  Tanpa Makan Minum Hingga Meninggal Dunia

Makanan tersebut dibawa ke makam dan mereka mengadakan doa bersama.

Demikian pula sebagaimana yang dilakukan oleh warga Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Mereka melakukan tradisi ini sudah bertahun-tahun.  Masyarakat juga turut membawa masakan-masakan untuk disantap usai membersihkan makam dan berdoa bersama.

Warga Desa Ujung Ujung tengah membersihkan makam sebagai bagian dari tradisi nyadran / Foto: Cindy Nur Arifah

Setiap warga dipersilakan memakan masakan yang dibawa tadi. Masyarakat Desa Ujung-Ujung percaya jika makanan yang mereka bawa sudah memanjatkan doa bersama akan diberikan berkah dan pahala.

Istilahe yen sampun ‘mambu donga’, sajen wau pun wonten pahalane (Istilahnya kalau sudah didoakan, makanan tadi ada pahalanya,” ujar Sugiarti (61), warga Desa Ujung-Ujung kepada Joglosemarnews, Sabtu (19/3/2022).

Sugiarti menjelaskan, tradisi tersebut sudah ada sejak zaman dahulu. Dan uniknya, sampai sekarang tradisi tersebut tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat setempat.

Baca Juga :  Tragis! Warga Palembang Ini Sekap Isterinya  Tanpa Makan Minum Hingga Meninggal Dunia

“Selain membersihkan makam, warga juga berdoa untuk leluhur dan meminta ampun kepada Allah SWT…,” ujar Sugiarti.

Masyarakat Desa Ujung-Ujung percaya, tradisi tersebut menjadi simbol pembersihan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Cindy Nur Arifah