JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Angka Kematian Covid-19 di DIY Masih Tinggi, Sepekan 55 Pasien Meninggal

Pandemi Covid-19 masih terjadi
ilustrasi virus Corona
   

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Angka kematian akibat Covid-19 di Provinsi DIY masih tergolongn tinggi meski trennya menunjukkan penurunan.

Data menunjukkan, dalam sepekan terakhir, tepatnya 27 Maret hingga 2 April 2022 lalu, Pemda DIY melaporkan ada 55 pasien yang meninggal akibat terpapar Covid-19.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji, sebagian besar kematian terjadi saat pasien menjalani perawatan di rumah sakit.

Selain itu, mayoritas pasien yang meninggal masuk golongan lanjut usia (lansia) maupun warga dengan penyakit penyerta atau komorbid.

Di samping itu, lanjut Kadarmanta, biasanya pasien datang ke Rumah Sakit (RS) rujukan Covid-19 saat kondisinya tergolong parah sehingga nyawanya tidak tertolong.

Hal itu karena adanya anggapan di masyarakat bahwa penularan Covid-19 varian Omicron tidak seberbahaya penularan varian Delta.

Baca Juga :  4 Hari Usai Jambret Dompet di Sleman, Pria Kulonprogo Ini Dibekuk Polisi

“Pengertian di masyarakat kalau batuk dan flu ada gejala Omicron kemudian tidak segera periksa karena sudah cukup dengan minum vitamin sudah sembuh. Tetapi kita lupa pasien itu ada yang kormonid dan sudah lansia. Jadi harus tetap waspada,” jelas Aji, Minggu (3/4/2022).

Karenanya, Aji meminta kelompok rentan untuk segera memeriksakan diri jika tertular Covid-19.

Dengan demikian, penanganan dapat dilakukan sedini mungkin dan angka kematian dapat ditekan.

Terlebih selain Omicron, penularan varian Delta yang sempat menimbulkan lonjakan kasus pada 2021 lalu juga belum sepenuhnya hilang.

Varian terdahulu itu disebut memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi dibanding varian Omicron.

“Dari informasi yang kita terima kan juga masih ada Delta. Jadi kalau merasa ada komorbid maka kalau ada gejala segera periksa biar didampingi obat,” terangnya.

Baca Juga :  Selama Libur Lebaran 2024, Terjadi 9 Kecelakaan Laut di Wilayah DIY

Dia menjelaskan, kematian biasa terjadi pada pasien yang dirawat di ruang critical atau ICU.

Pasien yang terlambat dirawat umumnya juga dirujuk ke ICU karena sudah berada di kondisi kritis.

Adapun hingga saat ini, tingkat keterisian ruang ICU di RS rujukan ada di angka 23,98 persen.

Dari total ruangan tersedia sebanyak 196, tengah digunakan sebanyak 47 ruangan.

“Karena kalau tidak, datang ke RS terlambat kondisinya sudah parah. Kalau sudah sangat parah masuknya ke critical. Karena merasa dinengke wae mari dewe (didiamkan sendiri sembuh sendiri),” tambahnya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com