JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Solo

Jan Ethes Belajar Puasa, Kendalanya Masih Sulit Bangun Sahur. Gibran dan Selvi Tak Memaksakan dan Beri Pengertian

Jan Ethes. Foto : IG Selvi Ananda
   

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Jan Ethes, putra sulung Walikota Solo, Gibran Rakabuming diketahui belum dapat mengikuti puasa Ramadhan tahun ini. Dikarenakan masih merasa susah untuk dibangunkan sahur.

“Kemarin sih kita sudah ajak (puasa) ya, kita sudah jelasin ke anaknya eh besok kita mulai puasa ya. Cuma pas sahur dibangunin masih susah,” kata Selvi Ananda, istri Gibran Rakabuming.

Meskipun demikian, Selvi mengatakan tak akan memaksa sang putra yang masih berusia 6 tahun itu untuk berpuasa. Dirinya hanya memberikan edukasi saja mengenai apa puasa Ramadan pengertian kalau bapak, ibunya sedang berpuasa.

“Ya, tidak usah dipaksa dulu lah, yang penting anaknya tahu dan belajar mengerti apa itu puasa Ramadhan. Oh, ini kita tuh puasa dia tahu bapak ibunya puasa gitu. Terus kalau puasa tidak boleh makan dan minum sampai waktunya adzan maghrib. Kita beri pengertian dulu lah nanti lama-lama kalau memang anaknya sudah bisa sudah kuat ya nggak papa kita ajarkan tapi tidak memaksa,” ujar Selvi.

Baca Juga :  Catering di Solo Kena Tipu Hampir Rp 1 Miliar, Makanan Sempat Diantar ke Masjid Sheikh Zayed untuk Sahur Bersama

Sementara itu menurut, Pengasuh Ponpes Al Quraniy Azzayadiy Solo, KH Abdul Karim yang juga guru ngaji Presiden Jokowi menjelaskan bahwa anak-anak yang belum baligh belum diwajibkan untuk mengikuti puasa Ramadan.

Tokoh ulama yang kerap disapa Gus Karim itu menjelaskan beberapa syarat wajib puasa, yakni beragama islam, baligh, sehat, berakal sehat, mampu, serta mengetahui awal Ramadan.

“Baligh itu kalau usia biasanya usia 12 tahun, tetapi tanda-tanda baligh itu kalau sudah pernah mimpi basah, sehat, terus mampu. Sehat tapi kalau tidak mampu, walaupun sudah baligh tapi kalau tidak mampu, sudah sepuh, itu nggak kewajiban. Terus kalau musafir atau dalam perjalanan itu dipersilakan untuk memilih puasa atau tidak,” terang Gus Karim.

Selain itu ditambahkan Gus Karim, jika anak-anak sudah dididik untuk berpuasa Ramadan meski belum baligh, maka itu adalah sebuah pendidikan yang bagus. Misalnya, mengajarkan anak-anak untuk berpuasa Ramadan meski hanya setengah hari atau puasa bedug.

Baca Juga :  PDIP dikabarkan  Bakal Merapat ke Prabowo, Begini  Reaksi Gibran

“Nanti kalau sudah buka bedug Dzuhur itu sudah makan terus puasa lagi sampai Maghrib. Bukan berarti setelah Dhuhur itu buka, terus itu makan bebas enggak. Yang namanya puasa setengah hari itu dia bakda Dzuhur itu makan dan dilanjutkan sampai Maghrib puasanya. Itu proses pendidikan mengenal puasa,” paparnya.

Lebih lanjut, Gus Karim mengatakan jika anak-anak yang mau untuk mengikuti puasa Ramadan, maka sang orangtua yang akan mendapatkan pahala. Karena, hal tersebut adalah sebuah keberhasilan orang tua dalam mendidik sang anak.

“Bagus (anak-anak berpuasa) tapi pahalanya diberikan kepada kedua orangtuanya. Itu karena keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya terhadap puasa,” pungkas Gus Karim. (Ando)

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com