JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Keluarga Ungkap Firasat Terakhir Ketua PSHT Sragen Surtono Sebelum Meninggal. Sempat Bilang Begini!

Status WhatsApp (WA) keluarga besar PSHT Sragen yang menyampaikan ucapan duka cita atas meninggalnya Ketua Cabang, Drs Surtono, Sabtu (16/4/2022) dinihari. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kepergian Drs Surtono, Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Sragen yang tutup usia, Sabtu (16/4/2022) dinihari, menguak fakta baru.

Ternyata keluarga merasakan sudah ada seperti firasat beberapa hari sebelum pimpinan PSHT Sragen itu berpulang.

Firasat itu diungkapkan putri almarhum, Diyah Pramukti. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , ia mengatakan beberapa hari sebelumnya, ayahandanya mendadak sempat berseloroh dan mengucapkan kata mati.

“Hari Senin sebelumnya, Bapak sempat ngeluh kepalanya pusing. Saat itu Bapak tiba-tiba bilang rasane mati itu kayak gini aku mau mati yake (rasanya mati kayak gini, aku mau mati mungkin),” paparnya Selasa (19/4/2022).

Saat itu, semua berfikir ucapan almarhum hanya candaan semata.

Namun setelah kepergiannya Sabtu (16/4/2022) dinihari, kalimat yang disampaikan beberapa hari sebelumnya itu barangkali menjadi firasat.

“Barangkali itu firasatnya. Tapi nggak ada yang nyangka. Saat itu dikira cuma guyonan saja,” urai Diyah.

Diyah menuturkan almarhum bapaknya meninggal sekitar pukul 00.30 WIB. Kepergian almarhum memang terkesan mendadak dan tidak ada gejala sakit apapun.

Baca Juga :  Harga Gas LPG 3 Kg di Sragen Naik Ugal Ugalan Per Tabung Tembus Rp 30000 Warga: Sudah Terjadi 1 Minggu Sebelum Lebaran Idul Fitri

Menurutnya, malam itu bapaknya diketahui tidur sekitar pukul 24.00 WIB. Almarhum tidur bersama ibunya dan dua cucunya.

Awalnya almarhum tidur seperti biasa yakni disertai suara mendengkur. Namun sekitar setengah jam berselang, anggota keluarga lain baru merasakan curiga setelah suara dengkuran khas almarhum mendadak tak lagi terdengar.

“Iya, Bapak itu biasanya kalau tidur mesti ngorok (mendengkur). Nah pas tidur pun sempat terdengar ngorok, lalu kok jam 00.30 WIB nggak ada lagi terdengar ngoroknya. Akhirnya dicek ke kamar ternyata sudah diam dan waktu itu sudah nggak ada (meninggal). Lalu dibawa ke rumah sakit itu,” terang Diyah.

Diyah menuturkan mengenang almarhum sebagai sosok yang berjiwa sosial dan loyal.

Bahkan saking sosialnya, terkadang ia rela mengabaikan kepentingannya sendiri demi bisa membantu atau menolong orang lain.

“Bapak itu kadang lebih mementingkan orang lain daripada urusannya sendiri atau keluarga. Kayak misalnya rela namanya dipakai untuk pinjam utang teman atau orang yang membutuhkan bantuannya. Padahal kadang dipinjam anaknya malah nggak boleh,” ujar Diyah.

Baca Juga :  Berkah Hari Raya Idul Fitri Toko Pusat Oleh-oleh di Sragen Diserbu Pembeli

Kemudian, jiwa sosial almarhum juga sangat terlihat ketika dimintai tolong untuk urusan yang membutuhkan bantuannya.

Terlebih apabila untuk urusan warganya, tak segan ia memilih mengabaikan kepentingannya sendiri demi bisa membantu yang membutuhkan.

Jiwanya yang supel juga membuat almarhum lebih dekat dengan kalangan bawah tanpa membeda-bedakan latar belakang sosial dan lainnya.

Hal inilah yang membuat almarhum dikenal sebagai sosok yang punya banyak relasi dan pertemanan.

“Bapak itu ya gitu, lebih suka memikirkan orang lain. Kadang nggak malu untuk mbantu yang di bawah. Malah lebih dekat dengan orang-orang biasa. Nggak memandang strata apapun, pokoknya bapak itu senang sosial,” urai Diyah.

Jiwa sosial dan supel itu juga ditunjukkan dengan banyaknya pelayat yang hadir saat pemakaman, Sabtu (16/4/2022) siang.

Tak hanya menyampaikan belasungkawa, ribuan pelayat juga turut mengantar jenazah almarhum ke peristirahatan terakhirnya di makam Kawistu, Karang Tengah, Sragen berdampingan dengan makam kakaknya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com