JOGLOSEMARNEWS.COM – Kemandirian dan kejayaan Bangsa Indonesia, sejauh ini mendasarkan pada empat bidang, yakni bidang pertanian dan pangan, maritim dan segala hasil produk laut, pariwisata dan bidang industri kreatif.
Empat bidang tersebut telah menjadi Comparative Advantage kekuatan bangsa Indonesia yang tak mungkin bisa dikalahkan oleh bangsa lain dan selayaknya menjadi basis pengembangan ekonomi dan Industri Indonesia.
Pengembangan empat bidang tersebut tidak lepas dari dukungan modernisasi industri yang didukung dengan riset teknologi, yang secara teknis sebenarnya telah dikuasai oleh ahli-ahli dari Indonesia.
Sebagaimana diutarakan oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani, jika hal tersebut dapat diimplementasikan dengan baik, maka empat bidang kekuatan di atas akan dapat membawa Indonesia kepada era kejayaan.
Yang dibutuhkan sekarang adalah, bagaimana mengatur strategi pengembangannya dengan seksama, disertai dengan semangat gotong royong antar pelaku industri untuk menuju Indonesia Maju.
Hal ini menunjukkan, betapa Indonesia memiliki kekayaan dan potensi yang apabila dieksplorasi dengan benar akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Ada satu contoh nyata yang dapat menunjukkan adanya potensi kekayaan alam di Indonesia. Seorang haji dari suku Bugis di Makassar, Sulawesi Selatan memiliki omzet hingga Rp 50 miliar per bulan dari hasil ekspor rumput laut.
Perlu diketahui, bahwa ekspor tersebut dilakukan dengan kondisi seadanya. Rumput laut diekspor dalam bentuk curah, dimuat dalam karung plastik bekas dengan kadar air yang masih tinggi, karena hanya dijemur sebentar.
Rumput laut itu kemudian dimuat dalam Container 40 feet sebelum dibawa ke pelabuhan untuk didistribusikan ke mancanegara.
Dalam kondisi minimal seperti itu, rumput laut mentah laku keras dan bahkan pihak buyer di negara negara Asia khususnya China, mau menerima kapanpun dan berapapun jumlahnya.
Contoh lainnya, di Gresik Jawa Timur seseorang yang asalnya adalah seorang pengumpul ikan sisa pelelangan kecil-kecilan, telah tumbuh dalam 30 tahun ini menjadi eksportir ikan beku dan produk hasil olahan ikan laut lainnya dengan nilai annual sale sebelum Pandemi Covid-19 sebesar Rp 5 trilyun.
Di sisi lain, seorang professor pada Departemen Pertanian Universität Hohenheim-Stuttgart Jerman pernah memberi saran kepada para kandidat doktor asal Indonesia yang ingin menulis riset S3 di Universitas yang terkenal untuk bidang tehnik pertanian dan pangannya itu.
Secara umum, para kandidat doktor tersebut mengambil tema disertasi selaras dengan kondisi negara di mana universitas itu berada. Jika itu di Eropa, risetnya seputar gandum, keju, apel, anggur dan hal-hal khas eropa lainnya. Padahal kandidaat doktor tersebut berasal dari Indonesia.
Pemikiran tersebut agak keliru, karena menurut profesor pembimbing, mereka sebenarnya ingin juga belajar tentang jenis tanaman asal tanah air si kandidat doktor.
Justru, para profesor dari Eropa tersebut lebih menginginan tema riset dari negara asal kandidat doktor. Seperti tentang kangkung, salak, durian, rambutan dan lain-lain.
Kisah-kisah nyata di atas sebetulnya merupakan petunjuk bagi siapa yang berpikir akan ke mana arah tujuan ekonomi dan Industri bangsa Indonesia.
Tanah air kita mempunyai tanah yang subur, di mana biji-bijian apapun yang kita buang saja ke tanah kita maka akan tumbuh menjadi pohon.
Tanah air kita mempunyai matahari yang bersinar sepanjang tahun sehingga tanaman akan cepat bertumbuh dan bahkan kita bisa mendapatkan dua kali dalam setahun musim panen suatu komoditi.
Tanah air Indonesia juga mempunyai musim penghujan yang membawa pupuk nitrogen gratis dari langit.
Sungai dan mata air pun terhampar di mana-mana, siap untuk mengantarkan asupan nutrisi bagi tanaman kita.
Ketika tanaman konsumsi kita tumbuh subur, maka praktis akan tumbuh berkembang pula aneka hewan yang diternakkan untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat.
Hasil dari segala daya upaya kita mengolah tanah yang subur akhirnya segera terhidang manis di atas meja makan.
Terdiri atas suku-suku bangsa yang beraneka ragam adat dan budayanya yang tentu akan mengundang keinginan setiap orang di dunia untuk mengunjungi dan juga melihat langsung keindahan alam surgawi Indonesia. (*)
Mirah Kusumaningrum
Pengamat Ekonomi Rakyat,
Tinggal di Jawa Timur
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














