SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku tidak mengecek dan tidak mengetahui jika warga Dukuh Grasak, Gondang, Sragen, Arifin (35) bersama putrinya, Saqila Love Afilah Sungkar (5), tidak masuk data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial.
Saat ditanya soal kondisi Arifin yang tidak mendapat bantuan sosial dari pemerintah, Mensos juga menyebut tidak mengecek.
“Saya nggak tahu, saya nggak ngecek (apakah sebelumnya dapat bantuan sosial). Yang jelas, saat ini saya harus selamatkan Livey (anak sulung almarhum) dulu,” paparnya saat ditanya wartawan usai menjenguk rumah duka dan Livey di Gondang, Sragen, Minggu (15/5/2022).
Pun saat ditanya bagaimana ke depan apakah akan diberikan bantuan pemerintah, Risma juga hanya menyebut tidak mengecek itu.
Ia lagi-lagi hanya menjawab saat ini yang terpenting dan harus dilakukan adalah menyelamatkan anaknya terlebih dahulu.
Ia memastikan kakek nenek yang sementara mengasuh Livey, sudah diberi bantuan modal usaha.
Kemudian, ibunya Livey atau suami alm Arifin, Novita yang saat ini masih di Singapura, nantinya apabila pulang ke Sragen akan ditawari apakah bersedia bekerja di balai Kemensos di Solo.
“Tapi nanti kita lihat. Kalau memang berkeinginan untuk usaha akan kami bantu modal,” ujarnya.
Sebelumnya, menurut warga dan tokoh desa setempat, Arifin memang tidak masuk DTKS dan tidak pernah mendapat bantuan dari program-program pengentasan kemiskinan baik PKH, BPNT, dan sejenisnya.
Padahal melihat kondisi rumahnya terbilang tidak layak. Bahkan sebelum kejadian, bapak dua anak itu juga diketahui sudah kehilangan pekerjaan ikut pasar malam hingga jualan masker.
Fakta itu sempat diungkap PLT Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sragen, Cosmas Edwi Yunanto saat menyambangi rumah duka di Grasak RT 43, Gondang, Selasa (10/5/2022).
“Iya, saudara Arifin ini dulunya mampu. Jadi nggak masuk di DTKS. Jadi program- program pemerintah jaminan kesehatan dan lainnya, nggak punya,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Cosmas menguraikan mengingat kondisi ekonomi keluarga almarhum saat ini tidak mampu, pihaknya akan berupaya untuk mengusulkan masuk DTKS.
Hal itu dilakukan mengingat masih ada istri dan satu anak almarhum yang perlu dipikirkan kelangsungan masa depannya.
“Ke depan kita berusaha mengusulkan anak tersebut dan kita kawal agar bisa dapat bantuan program pemerintah untuk jaminan masa depan anak yang bersangkutan,” jelasnya.
Ketua RW 43, Bambang Widjo Purwanto membenarkan kondisi ekonomi almarhum Arifin memang tergolong tidak mampu.
Hal itulah yang diduga menjadi salah satu faktor memicu rasa depresinya sehingga nekat melakukan bunuh diri bersama anaknya.
Ia juga membenarkan Arifin memang tidak masuk DTKS karena dulunya termasuk golongan ekonomi mampu. Namun ekonominya kemudian terpuruk imbas pandemi berkepanjangan.
“Dulu dia golongan mampu, tapi karena situasi pandemi yang berkepanjangan membuat dia tidak bisa bekerja dan berhenti total sehingga apa yang dipunya sudah habis dijual. Sehingga masalah pandemi itu membuat ekonominya porak poranda,” ujarnya.
Sebagai pemangku wilayah RW, Bambang berharap pemerintah melalui Kemensos agar memberikan penanganan terhadap keluarga korban yang tersisa yakni anak sulungnya.
Kemudian, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi kepulangan sang ibu, yang saat ini masih bekerja sebagai TKW di Singapura.
Tak kalah penting pula adalah jaminan hidup dan penghidupan bagi istri almarhum jika sudah pulang nanti agar bisa bangkit kembali.
“Kami yakin Bu Menteri memang tanggap, 90 persen nanti pemerintah tetap memperhatikan keluarga ini agar bisa survive kembali,” jelasnya. Wardoyo