BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebuah prasasti atau batu bertulis hingga kini masih dibiarkan teronggok di ladang di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali. Prasasti Sarungga namanya, jadi bukti tingginya peradaban manusia di kawasan lereng Gunung Merapi- Merbabu.
Sayangnya, prasasti tersebut kondisinya kurang terawat.
Prasasti tersebut hingga kini masih berada di tempat ditemukan. Sebagian batu diduga masih terpendam dalam tanah. Tak ada penutup di atasnya. Praktis prasasti selalu terkena sinar matahari dan hujan.
Menurut Kusworo, pegiat Boyolali Heritage Society (BHS), prasasti tersebut bertuliskan, swa sti ?a ka wa r?? t? ta 8 2 3 jye ??a ma sa pa ñca mi ?u kla ha wa so k? la ni ki pa ta p? n ri ?a r? ?ga n? m?…
Jika diterjemahkan artinya adalah, “Selamat tahun ?aka yang telah lalu 823 pada bulan Jyesta tanggal 5 bagian bulan terang. Haryang (hari bersiklus 6), Wagai (hari bersiklus lima), Soma (hari bersiklus tujuh atau Senin), pada saat ini (terdapat) pertapaan di ?ar??ga (yang) hendaklah dinamai …”.
“Penerjemahan itu dibantu mahasiswa Arkeologi UGM,” katanya, Kamis (26/5/2022).
Dijelaskan, prasasti ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno. Ada empat baris tulisan, sayangnya bait terakhir sudah tidak bisa dibaca.
Berdasarkan penelitan, juga telah dilakukan konversi penanggalan dari Saka ke Masehi.
“Sesuai tulisan itu disebut pada tanggal 25 bulan Mei tahun 901 Masehi.”
Jika kemudian ditarik ke tahun sekarang, sudah 1.121 tahun silam. Berarti pada saat itu masyarakat di kawasan lereng timur Gunung Merapi- Merbabu Boyolali sudah memiliki peradaban luhur. Masyarakat di sana sudah mengenal budaya menulis.
“Prasasti tersebut juga menunjukkan tingginya peradaban manusia di lokasi tersebut pada waktu itu. Pada 901 Masehi, masyarakat sudah mengenal budaya tulis.”
Temuan ini juga didukung temuan ratusan jejak berupa obyek tinggalan arkeologi. Baik berbentuk struktur, situs maupun benda lepas.
“Peninggalan tersebut tersebar secara merata di tiap Kecamatan di Boyolali.”
Pihaknya berharap kegiatan ritual Ruwat Rawat Pasasti Sarungga yang telah digelar pada Rabu (25/5), menjadi tonggak bagi jajaran terkait termasuk Pemkab Boyolali untuk melindungi prasasti Sarungga.
“Semisal, membangun tempat untuk melindungi prasasti dari hujan dan terik matahari. Pemkab dan jajaran terkait juga terdorong melakukan kajian lebih lanjut.” Waskita