JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Menko Airlangga: Pemerintah Fokus Alihkan Energi Fosil ke Energi Baru Terbarukan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (kanan) / Foto: Istimewa
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Kebijakan dan langkah mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan mengalihkan penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT) menjadi fokus pemerintah.

Hal itu ditandaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Jakarta Post Webinar bertema G20 Energy Transition: Toward Zero-Emission Partnerships, Selasa (24/5/2022).

Airlangga menjelaskan, penggunaan bahan bakar fosil yang dominan selama ini telah menimbulkan emisi GRK di atmosfer bumi.

Sementara pada saat yang sama, dunia saat ini berada dalam terpaan krisis pangan, energi dan keuangan yang dipicu oleh gejolak konflik di Ukraina. Belum lagi pandemi Covid-19 yang masih terus berlanjut meski jumlah kasus sudah menurun drastis.

“Penting bagi kita untuk mengenali situasi yang dihadapi, serta perlu memastikan bahwa kita sudah menyeimbangkan permintaan saat ini untuk energi konvensional, sambil tetap berkomitmen pada upaya transisi energi,” ujar Menko Airlangga, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik meski di tengah pandemi, jekas Menko Airlangga, masyarakat Indonesia memiliki kebutuhan energi yang besar untuk menunjang aktivitasnya.

Namun, target elektrifikasi universal telah menjadi penghasil emisi GRK terkemuka, karena penggunaan tenaga batu bara menjadi berlipat ganda dan juga terlihat adanya peningkatan emisi GRK sebesar 140% antara tahun 1990 dan 2017.

Baca Juga :  Diduga Catut Nama Dosen di Malaysia, Prof Kumba Akhirnya Mundur dari Jabatan Dekan FEB Unas

Dalam Presidensi G20 Indonesia, transisi energi juga menjadi salah satu tema utama karena seluruh negara yang terlibat ingin mencapai kesepakatan global dalam upaya memitigasi dampak buruk perubahan iklim untuk generasi mendatang.

Dalam forum G20 tersebut, Indonesia akan memperkenalkan skenario negara untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang disebut National Grand Energy Strategy (GSEN) yang mencakup rencana transisi dari energi fosil ke EBT.

Dalam gelaran COP26 akhir tahun lalu, Indonesia membuat komitmen iklim baru dengan menetapkan target NZE pada 2060 atau lebih awal.

GSEN menjanjikan komitmen yang lebih ambisius dengan target 100% porsi EBT dalam bauran energi di 2060.

Dipatok pada kapasitas lebih kurang sebesar 587 GigaWatt (GW), pembangkit listrik tenaga surya diharapkan akan menghasilkan 361 GW, pembangkit listrik tenaga air sebesar 83 GW, pembangkit listrik tenaga angin sebesar 39 GW, pembangkit listrik tenaga nuklir sebesar 35 GW, pembangkit listrik tenaga bioenergi sebesar 37 GW, PLTP sebesar 18 GW, dan pembangkit listrik tenaga arus laut sebesar 13,4 GW.

“Permintaan dan potensi energi terbarukan di Indonesia semakin meningkat, sebab diperkirakan kebutuhan energi Indonesia juga akan meningkat semakin besar,” ujarnya.

Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki penambahan energi terbarukan yang konsisten dalam bauran energi secara keseluruhan.

Hal itu, menurut Airlangga tentunya merupakan perkembangan positif dalam pergeseran penggunaan energi di Indonesia menjadi energi hijau.

Baca Juga :  Kubu AMIN dan Ganjar-Mahfud Masih Optimistis MK Bakal Lahirkan Putusan Progresif

Adpun penelitian menunjukkan transisi energi akan membutuhkan sejumlah besar investasi. Untuk mendorong hal tersebut, Indonesia akan memainkan peran penting dalam menerapkan pembiayaan hijau dan berkelanjutan yang inovatif, sekaligus memastikan jalur investasi yang tepat.

“Indonesia juga mempertimbangkan untuk menyiapkan skema-skema inovatif dalam hal harga karbon, termasuk mekanisme pasar dan non-pasar,” lanjut dia.

Efek positif lainnya, jelas Menko Airlangga, energi terbarukan juga diprediksi akan menciptakan banyak lapangan kerja. Keuntungan tidak langsung itu juga akan mencakup pemberdayaan transfer teknologi dan pengurangan ketergantungan pada impor produk minyak bumi dan batu bara.

Hal itu diharapkan disumbangkan oleh produksi panel surya dan manufaktur kendaraan listrik.

“Jika dikelola dengan baik, transisi tersebut tentu saja memberikan peluang. Arah kami untuk mencapai ambisi adalah positif. Namun tantangan seperti aspek pembiayaan, kurangnya standar desain yang memadai, kesadaran yang terbatas, dan keterbatasan ruang akan selalu ada,” ungkap Menko Airlangga.

Seiring bergesernya isu pandemi menuju pemulihan ekonomi pasca pandemi, Menko Airlangga menyatakan, saat ini adalah momentum tepat untuk bersama-sama mengambil kebijakan strategis pemulihan ekonomi sekaligus melakukan transisi energi.

“Dengan momen G20, GCRG, COP26, dan lainnya, Indonesia akan berada di posisi sentral yakni dengan ikut mengatur transisi energi,” pungkas Menko Airlangga. Suhamdani

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com