SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Revitalisasi Pasar Nglangon dan Joko Tingkir Sragen yang sebentar lagi dimulai, ternyata tak sepenuhnya mendapat sambutan positif dari pedagang.
Sejumlah pedagang justru resah dan galau dengan rencana pembongkaran Pasar Nglangon dan Joko Tingkir yang akan dijadikan satu pasar terpadu tersebut.
Mereka resah perombakan dan pemindahan ke pasar baru hasil revitalisasi akan memberi masalah baru bagi masa depan mereka.
Salah satu pemilik kios di Pasar Nglangon, Roni Jok mengaku tak sepenuhnya cocok dengan renovasi pasar. Sebab renovasi akan membuat pedagang mau tak mau harus pindah ke tempat baru.
Perpindahan itu dimungkinkan akan berdampak pada nasib pedagang maupun jualannya.
“Kalau saya pribadi, tidak cocok dengan renovasi (revitalisasi). Karena di sini tempatnya sudah bagus, pelanggan udah tahu dan sudah punya pasaran. Kalau direnovasi, sudah pasti semua harus pindah ke sana (pasar baru). Kios pasti nanti diacak, nggak cocoknya di situ itu. Sama saja nanti babat alas lagi,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (8/5/2022).
Ia ragu di pasar yang baru nanti bisa mendapat tempat yang bagus dan strategis seperti yang ditempatinya saat ini.
Kemudian ukuran kios di pasar baru, biasanya juga tak selebar kios di pasar lama. Ia memprediksi jika ukuran kios saat ini 3,5 meter, bisa jadi akan menyusut tinggal 3 meter di pasar baru.
Dengan bayang-bayang itu, ia mengaku revitalisasi dan pemindahan ke pasar baru akan membuat pedagang ibarat memulai dari nol lagi.
“Saya sudah di sini (Pasar Nglangon) sejak 2019. Kalau pendapatan, ya untuk sendiri sudah cukup. Minimal bisa buat hidup,” ujar warga Botok, Kedawung, Sragen itu.
Ia berharap seandainya memang harus dipindah, kios yang ditempati pedagang tidak berubah. Kemudian ukuran kios diminta juga minimal sama dengan sebelumnya.
“Biar nggak membingungkan pelanggan, biasanya pasar dirubah pelanggan sulit cari kios kita. Kan biasanya diacak,” imbuhnya.
Roni menyebut selama ini bisa mempekerjakan 2 orang. Selama hampir 12 tahun, ia membayar karcis Rp 1.800 perhari.
Harus Adaptasi Pelanggan
Senada, penghuni kios Pasar Nglangon lainnya, Siti Nur Hasanah (31) asal Cantel Kulon, juga mengaku jika disuruh memilih, dirinya lebih sreg dengan pasar yang sudah ada saat ini.
Sebab jika direnovasi atau dibangun pasar baru di lokasi baru, nanti pedagang harus beradaptasi dari awal lagi.
“Iya udah dengar mau dibangun pasarnya Mas. Tanggapan saya ya pinginnya enak biar seperti ini saja. Karena pelanggan sudah mapan, kalau dipindah takutnya pelanggan nggak tahu tempatnya. Takutnya nanti kiosnya nggak dapat yang kayak gini lagi,” ujar pemilik kios suku cadang motor itu.
Ia mengaku mendengar rencana revitalisasi dari petugas pasar. Sepengetahuannya revitalisasi akan dilakukan tahun ini.
Jika terpaksa harus direvitalisasi, Siti hanya berharap mendapat kios yang ukurannya minimal sama dan lokasinya juga diupayakan sama dengan peta di pasar sebelumnya.
“Kalau awalnya di pojokan begini, kalau pindah harusnya nanti ya dapat pojokan. Nggak dikopyok semaunya. Saya sudah 9 tahun, ini ngembangkan 2 kios,” jelasnya.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Sragen, Cosmas Edwi Yunanto melalui Kabid Distribusi dan Perdagangan, Handoko menyampaikan revitalisasi sudah pasti berjalan dan surat perintah kerja (SPK) kepada rekanan pemenang lelang sudah turun beberapa hari lalu.
Sehingga pekerjaan fisik proyek itu bisa segera dimulai. Proyek revitalisasi pasar Nglangon dan Joko Tingkir itu akan menelan anggaran hampir Rp 48 miliar dengan SPK tertanggal 25 April 2022.
“Durasi pengerjaan 7 bulan. Nanti konsepnya pasar tetap satu lantai,” paparnya.
Sarpras Lebih Baik
Soal suara-suara pedagang yang kontra, Handoko menilai itu adalah konsekuensi dari pembangunan atau revitalisasi pasar baru. Terkait harapan pedagang lokasi dan luas kiosnya minimal sama dengan pasar lama, menurutnya jelas tidak mungkin bisa karena lokasi pasarnya sudah berpindah.
“Yang namanya puas tidak puas kan tetap ada. Itu sebuah konsekuensi. Kalau minta kiosnya seperti semula, kan tempatnya sudah berbeda dari semua. Mungkin luasan kiosnya juga beda karena lahan milik pemerintah kan terbatas. Jadi nggak mungkin bisa memenuhi semua permintaan,” terangnya.
Akan tetapi, secara prinsip, dengan dibangun pasar baru, sarana prasarana dipastikan akan lebih baik dari yang ada dan ditempati pedagang saat ini.
Soal kekhawatiran kehilangan pelanggan atau harus babat alas lagi, menurutnya hal itu tergantung bagaimana pedagang menyiasati.
“Kan semua pedagang mengalami dan menempati kios yang baru. Ya tinggal bagaimana strategi mereka biar para langganan masih bisa tahu. Misalnya memberi imbauan atau tulisan biar memberi petunjuk ke pedagang,” tandasnya.
Sebelumnya, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan Pasar Nglangon akan direvitalisasi dengan membangun pasar baru di lahan pemerintah tak jauh dari lokasi lama.
Revitalisasi dipandang penting untuk menghapus stigma negatif Pasar Nglangon yang selama ini identik dengan label praktik esek-esek terselubung. Wardoyo