SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, air minum menjadi sektor penting dalam aspek kehidupan.
Tak heran, hampir semua negara terus berupaya menyediakan layanan air bersih yang memadai bagi warganya.
Tak terkecuali di negara maju seperti Belanda, menempatkan air minum sebagai salah satu prioritas.
Kemajuan teknologi di negeri berjuluk kincir angin itu bahkan melahirkan sebuah konsorsium Water Worx yang fokus untuk membantu peningkatan layanan air minum di berbagai negara.
Satu di antaranya adalah keterlibatan PT NV Oasen yang sudah mendampingi Perumda Air Minum Tirtonegoro atau PDAM Sragen sejak 2017.
Lantas, bagaimana perbedaan layanan air minum di Sragen dan Belanda?
“Di Belanda, semua air keran sudah siap minum. Ada konsorsium dari berbagai perusahaan air minum di Belanda. Mereka punya banyak pengetahuan bagaimana melayani air minum,” papar Koordinator Water Worx, Pieter Cusell kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (17/6/2022).
Menno Van Leenen, pendamping atau Coach dari Water Production NV Oasen, menyampaikan sebenarnya bahan baku untuk layanan air minum di Sragen dan Belanda tidak jauh beda.
Sama-sama mengandalkan air baku dari sumur dalam. Selain kualitasnya lebih bagus, biaya pengolahan air baku dinilai lebih hemat dibanding air permukaan.
“Kalau air permukaan atau air sungai butuh pengolahan. Kalau air sumur dalam cukup sederhana lebih murah,” paparnya.
Meno tak menampik dari segi tarif, air minum di negerinya memang jauh berbeda dengan di Sragen. Di Belanda tarif satu meter kubik air minum dibanderol 1 Euro 25 Sen atau setara dengan Rp 19.350.
Tarif itu hampir 4 kali lipat lebih mahal dari tarif PDAM di Sragen. Direktur teknik Perumda Air Minum Tirtonegoro Sragen, Samuel Rudhianto menyampaikan saat ini tarif air di PDAM Sragen dipatok Rp 5.000 per meter kubik.
“Memang terpaut jauh, tapi dengan tarif Rp 5.000 kami terus berusaha meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas. Salah satunya melalui kerjasama peningkatan pengelolaan dengan PT Oasen Belanda yang sudah berjalan sejak 2017 sampai 2026 mendatang,” tandasnya. Wardoyo