SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keluhan warga yang mulai kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar dan pertalite beberapa waktu terakhir, mulai menemukan jawaban.
Tim Polres dikabarkan menangkap dua truk yang diduga sengaja mengisi BBM subsidi secara tak wajar di 2 SPBU berbeda.
Informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , aksi penggerebekan truk yang dikenal dengan sebutan truk setan itu dilakukan Selasa (30/8/2022) malam.
Dua truk setan itu dikabarkan tertangkap basah tengah mengisi SPBU jenis solar di SPBU wilayah Sragen.
Salah satunya di SPBU wilayah Karangmalang. Dua truk itu digerebek dengan indikasi pembelian BBM dalam jumlah sangat banyak.
Indikasi yang mencuat, truk setan itu selama ini sering beroperasi malam hari dengan modus main mata dengan petugas.
Truk itu ada yang tangki BBM-nya sudah dimodifikasi agar muat banyak. Namun ada pula yang beraksi dengan mengisi penuh lalu sampai diluar disedot kemudian balik ngisi lagi berulang kali.
Dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM , Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama tidak menampik sudah mendapat laporan soal penangkapan dua truk setan yang diduga melakukan pembelian BBM subsidi dalam jumlah tak wajar tersebut.
Menurutnya saat ini kasus itu masih dalam pendalaman. Namun tidak dijelaskan secara detail berapa kapasitas BBM yang dibeli dua truk setan itu.
“Kalau ungkap tadi malam (2 truk setan) sudah dapat laporan. Ini masih pendalaman,” paparnya Rabu (31/8/2022).
Informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , dua truk setan itu kini sudah diamankan di Mapolres Sragen.
Kapolres meminta apabila ada warga mengetahui informasi terkait SPBU nakal, agar dilaporkan ke aparat sehingga bisa dilakukan pendalaman dan penindakan.
Di sisi lain, penangkapan 2 truk itu selaras dengan informasi warga yang mengeluhkan sulitnya membeli BBM subsidi di sejumlah SPBU.
Sering Bohongi Warga
Seperti di salah satu SPBU wilayah perbatasan Sumberlawang. SPBU di wilayah itu dikeluhkan karena dinilai sering merekayasa dan berbohong soal ketersediaan stok ke warga.
Modusnya jika warga biasa yang membeli, petugas sering menyampaikan stok habis.
Namun saat malam hari tiba, warga memergoki ada beberapa mobil khusus yang dilayani dan ditengarai membeli dalam jumlah banyak.
Menurut sejumlah warga, indikasi kenakalan SPBU itu sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Namun makin menjadi setelah ada kebijakan pembatasan BBM bersubsidi beberapa waktu lalu.
“Iya ini sudah jadi rasanan (perbincangan) banyak warga. Kadang saat warga biasa mau beli eceran untuk motor pas sore hari itu mesti sering dibilang habis. Tapi malamnya banyak mobil yang antri bawa jeriken dilayani dan belinya kan otomatis banyak. Itu ada apa,” papar Mbah GM, salah satu warga di Mojopuro, Sumberlawang, kepada wartawan, Jumat (19/8/2022) lalu.
Ia menyampaikan alibi kekosongan stok itu tidak hanya terjadi di BBM jenis Pertalite. Namun BBM jenis solar juga sering diperlakukan hal yang sama.
Warga yang geregetan sempat berinisiatif mengintai saat malam hari. AN, warga Sumberlawang lainnya mengaku pernah memergoki ada mobil yang tiap malam hari datang ke SPBU itu dan selalu dilayani membeli Pertalite dalam jumlah banyak pakai jeriken.
“Mengapa harus dibeda-bedakan. Padahal adanya SPBU itu untuk melayani masyarakat. Tapi kok seperti mempermainkan warga. Sekarang kalau beli di SPBU alasannya sering habis, beli di toko eceran juga susah katanya kulakan dibatasi dan harus pakai rekomendasi. Lha warga disuruh beli BBM dimana lagi coba?” tanyanya kesal.
Mereka pun berharap dinas terkait dan Pertamina bisa mengusut perilaku SPBU-SPBU yang terindikasi nakal dan melakukan diskriminasi layanan.
Karena indikasi perilaku nakal tersebut diduga tidak hanya dilakukan tidak hanya oleh satu SPBU tapi jadi modus yang lainnya.
“Iya, saya juga sering mau beli Pertamax di salah satu SPBU di wilayah Sidoharjo juga banyak kosongnya. Tulisannya dipajang masih dalam pemeriksaan. Itu sudah berhari-hari kosong. Lha kalau SPBU nggak punya stok kan aneh, sementara SPBU lainnya bisa melayani kok. Ini seolah-olah masyarakat mau dipermainkan terus dengan harga dan layanan di SPBU,” imbuh Heri, salah satu warga Tanon.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Cosmas Edwi Yunanto mengaku belum menerima laporan atau aduan secara resmi ihwal dugaan adanya SPBU nakal tersebut.
Pihaknya akan segera menindaklanjuti dengan mencari informasi dan berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengecek kebenarannya.
Menurutnya untuk pembelian BBM subsidi Pertalite dan Solar pakai jeriken bagi petani atau pelaku UMKM, memang ada pembatasan.
Yakni maksimal hanya boleh 30 liter perhari baik untuk Pertalite maupun solar.
Untuk bisa dilayani, mereka pun harus mengantongi rekomendasi dari Dinas Pertanian untuk kebutuhan pertanian dan surat dari Pemdes untuk pelaku UMKM.
Namun untuk kebutuhan perorangan atau kendaraan pribadi roda dua mestinya tidak boleh ada pembedaan layanan.
“Coba nanti akan kami tindaklanjuti. Kita akan telusuri informasinya dan koordinasi dengan Pertamina,” jelasnya. Wardoyo