SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kelurahan Setabelan di Kota Solo, selama ini dikenal dengan distribusi bawang merahnya yang cukup besar.
Salah satu dampaknya adalah menumpuknya limbah organik kulit bawang merah, yang sampai sekarang hanya dibuang saja.
Padahal, limbah kulit bawang merah sebenarnya memiliki kandungan yang bermanfaat sebagai pupuk organik cair sekaligus sebagai pestisida alami.
Melihat potensi yang belum tergarap oleh masyarakat itulah, mahasiswa KKN Kelompok 44 UNS mencoba membuka wawasan sekaligus mengajari warga di Kelurahan Setabelan untuk membuat pupuk organik dan pestisida berbahan limbah bawang merah.
“Bawang merah memang punya banyak manfaat. Selain umbinya untuk bahan pelengkap masakan, kulitnya juga bisa digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman, baik tanaman hias maupun sayur-sayuran,” jelas Octaviana Nur Fitriani selaku Koordinator Kegiatan kepada Jolosemarnews.
Octaviana menjelaskan, kulit bawang merah dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair karena mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Seperti Kalium, Magnesium, Fosfor dan Besi.
Selain digunakan sebagai pupuk organik cair, kulit bawang merah juga dimanfaatkan menjadi pestisida alami.
Hal ini dikarenakan kandungan senyawa acetogenin pada kulit bawang merah yang bisa menimbulkan kerusakan pada organ pencernaan hama.
“Jadi jika hama memakan tanaman yang diberi pupuk organik kulit bawang merah, dia akan mati,” paparnya.
Pengolahan kulit bawang merah menjadi pupuk organik, menurut Octaviana tidak rumit dan tak butuh waktu lama. Paling tidak hanya butuh waktu 1-2 hari saja, pupuk tersebut siap untuk digunakan.
Pembuatannya pun cukup mudah, di mana kulit bawang merah direndam dengan air bekas cucian beras dengan menggunakan perbandingan 1:1.
“Air bekas cucian beras ini sebagai sumber nutrisi alternatif atau suplemen tambahan bagi tanaman. Setelah itu diamkan selama 1-2 hari untuk proses fermentasi agar airnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair,” ujar Octa, sapaan akrabnya.
Penggunaannya pun cukup mudah. Jika digunakan sebagai pupuk organik cair dan pestisida alami, campurkan dengan air biasa menggunakan perbandingan 1:1 agar air rendaman kulit bawang merah tidak terlalu pekat.
Sementara untuk menghilangkan hama tanaman, sebaiknya pestisida alami berbahan kulit bawang merah itu disemprotkan setiap hari hingga hama menghilang.
Selain air rendamannya, ampas kulit bawang merah juga bisa digunakan sebagai pupuk organik padat dengan menaburkan ampasnya di atas permukaan tanah pada tanaman yang diberikan.
Waktu pemberian pupuk organik dan pestisida alami dari kulit bawang merah ini adalah pagi atau sore hari dengan frekuensi pemberian 1-2 kali seminggu tergantung kebutuhan tanaman.
“Alhamdulillah, kami mendapatkan ilmu baru dari adik-adik mahasiswa KKN UNS dan setelah digunakan selama kurang lebih 3 minggu, tanaman yang tadinya layu itu jadi segar kembali dan hama tanamannya hilang,” ujar Lela Kencana, Ketua Kelompok Wanita Tani Kelurahan Setabelan. Redaksi