SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Warga di sejumlah wilayah di Sragen mengeluhkan layanan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ditengarai tidak fair.
Sorotan paling keras ditujukan untuk salah satu SPBU di wilayah Sumberlawang. SPBU itu dikeluhkan karena dinilai sering merekayasa ketersediaan stok di hadapan warga dan terindikasi bermain nakal.
Modusnya jika warga biasa yang membeli, petugas sering menyampaikan stok habis.
Namun saat malam hari tiba, warga memergoki ada beberapa mobil khusus yang dilayani dan ditengarai membeli dalam jumlah banyak.
Menurut sejumlah warga, indikasi kenakalan SPBU itu sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Namun makin menjadi setelah ada kebijakan pembatasan BBM bersubsidi beberapa waktu lalu.
“Iya ini sudah jadi rasanan (perbincangan) banyak warga. Kadang saat warga biasa mau beli eceran untuk motor pas sore hari itu mesti sering dibilang habis. Tapi malamnya banyak mobil yang antri bawa jeriken dilayani dan belinya kan otomatis banyak. Itu ada apa,” papar Mbah GM, salah satu warga di Mojopuro, Sumberlawang, kepada wartawan, Jumat (19/8/2022).
Ia menyampaikan alibi kekosongan stok itu tidak hanya terjadi di BBM jenis Pertalite. Namun BBM jenis solar juga sering diperlakukan hal yang sama.
Warga yang geregetan sempat berinisiatif mengintai saat malam hari. AN, warga Sumberlawang lainnya mengaku pernah memergoki ada mobil yang tiap malam hari datang ke SPBU itu dan selalu dilayani membeli Pertalite dalam jumlah banyak pakai jeriken.
“Mengapa harus dibeda-bedakan. Padahal adanya SPBU itu untuk melayani masyarakat. Tapi kok seperti mempermainkan warga. Sekarang kalau beli di SPBU alasannya sering habis, beli di toko eceran juga susah katanya kulakan dibatasi dan harus pakai rekomendasi. Lha warga disuruh beli BBM dimana lagi coba?” tanyanya kesal.
Mereka pun berharap dinas terkait dan Pertamina bisa mengusut perilaku SPBU-SPBU yang terindikasi nakal dan melakukan diskriminasi layanan.
Karena indikasi perilaku nakal tersebut diduga tidak hanya dilakukan tidak hanya oleh satu SPBU tapi jadi modus yang lainnya.
“Iya, saya juga sering mau beli Pertamax di salah satu SPBU di wilayah Sidoharjo juga banyak kosongnya. Tulisannya dipajang masih dalam pemeriksaan. Itu sudah berhari-hari kosong. Lha kalau SPBU nggak punya stok kan aneh, sementara SPBU lainnya bisa melayani kok. Ini seolah-olah masyarakat mau dipermainkan terus dengan harga dan layanan di SPBU,” imbuh Heri, salah satu warga Tanon.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Cosmas Edwi Yunanto mengaku belum menerima laporan atau aduan secara resmi ihwal dugaan adanya SPBU nakal tersebut.
Pihaknya akan segera menindaklanjuti dengan mencari informasi dan berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengecek kebenarannya.
Menurutnya untuk pembelian BBM subsidi Pertalite dan Solar pakai jeriken bagi petani atau pelaku UMKM, memang ada pembatasan.
Yakni maksimal hanya boleh 30 liter perhari baik untuk Pertalite maupun solar.
Untuk bisa dilayani, mereka pun harus mengantongi rekomendasi dari Dinas Pertanian untuk kebutuhan pertanian dan surat dari Pemdes untuk pelaku UMKM.
Namun untuk kebutuhan perorangan atau kendaraan pribadi roda dua mestinya tidak boleh ada pembedaan layanan.
“Coba nanti akan kami tindaklanjuti. Kita akan telusuri informasinya dan koordinasi dengan Pertamina,” jelasnya. Wardoyo