JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Fenomena Ratusan Angkutan Umum di Sragen Hilang Misterius. Tinggal 5 % yang Bertahan Hidup Segan Mati Tak Mau

Salah satu angkutan kota (angkot) yang masih terlihat beroperasi di jalur kota Sragen di tengah fenomena terpuruknya jasa transportasi hingga membuat ratusan angkutan yang berhenti beroperasi hingga hilang tanpa jejak. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kondisi dunia transportasi umum di Sragen dirundung duka. Sempat berjaya puluhan tahun silam, kini bisnis transportasi baik angkutan kota (angkot) maupun angkutan desa (angkudes), benar-benar di titik keterpurukan.

Betapa tidak, dari ribuan angkot dan angkudes yang pernah beroperasi, kini seolah hilang di telan bumi.

Ratusan angkutan pelat kuning itu hilang dari peredaran secara misterius. Walhasil, data mencatat diperkirakan tinggal 5 persen saja angkutan yang masih bertahan itu pun dengan kondisi kembang kempis.

Fakta miris itu diungkapkan Kepala UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Dishub Sragen, Junaedhi. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (20/9/2022), ia mengatakan tak bisa dipungkiri dunia jasa transportasi umum di daerah, termasuk Sragen, memang tengah terpuruk.

Ia tak menampik banyak trayek angkutan yang sudah mati karena sepinya penumpang dan makin menurunnya animo masyarakat memakai jasa transportasi umum.

“Kalau ratusan ya ada (yang sudah berhenti). Ini seperti fenomena nasional. Banyak angkutan yang hilang dan berhenti. Ya karena situasi sudah tidak bisa bertahan,” paparnya.

Baca Juga :  ASN Sragen Mendapatkan Layanan Penukaran Uang Baru dari Bank Indonesia Solo
Kepala UPTD PKB Dishub Sragen, Junaedhi. Foto/Wardoyo

Junaedhi memperkirakan saat ini hanya tinggal 5 persen saja angkutan yang masih bertahan. Itu pun dalam kondisi ibarat hidup segan mati tak mau.

Saat ini yang bertahan hanya beberapa angkot di jalur 02, Pasar Bunder-Bulu dan jalur 01, Pasar Bunder-Pilangsari.

Kemudian beberapa minibus antar kecamatan seperti Sragen-Sukodono, Sragen-Gesi, Sragen-Batujamus dan beberapa jalur antar kecamatan lainnya.

Namun jumlahnya pun makin berkurang dan tinggal sedikit.

Selebihnya, 95 persen lainnya sudah berhenti beroperasi. Hal itu ditandai dengan menghilangnya angkutan secara riil di lapangan maupun dari pengujian.

“Sekarang bisa dilihat. Di jalan-jalan kan sudah makin nggak ada angkutan melintas. Dulu hampir tiap trayek atau jalur selalu ada angkot. Kami juga nggak tahu, karena mereka juga nggak melapor. Apakah sudah rusak, atau dirombak jadi kendaraan pribadi, atau dimutasi ke luar daerah,” urainya.

Ia tak memungkiri kemajuan peradaban dan kemudahan kredit kendaraan bermotor, menjadi faktor yang menggerus animo menggunakan jasa transportasi umum.

Baca Juga :  Geger Warga Sragen Beli Mobil Baru Isi Bahan Bakar Dexlite di SPBU Jetak Sidoharjo Sragen Mesin Langsung Rusak, Komsumen Curigai Jual Dexlite Tidak Asli

Sepinya penumpang ditambah beratnya beban biaya operasional angkutan yang makin naik (termasuk kenaikan BBM), menghadirkan dilema dan membuat para pengusaha angkutan makin terpuruk.

“Yang bertahan pun, bisa kita lihat kadang angkot itu sehari hanya jalan setangkep (satu kali PP) ngantar anak sekolah atau orang ke pasar saja. Selebihnya kalau sudah agak siang sudah nggak ada penumpang dan milih berhenti,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua DPC Organda Kabupaten Sragen, Eko Sudarsono juga mengungkapkan kondisi miris yang dialami dunia jasa transportasi umum di Sragen.

Ketua DPC Organda Sragen, Eko Sudarsono saat menunjukkan surat keberatan atas kebijakan pengambilalihan rekomendasi balik nama kendaraan angkutan barang oleh Dishub Provinsi yang dikirimkan ke DPD Organda Jateng, Jumat (10/6/2022). Foto/Wardoyo

Karenanya pihaknya sempat membuat surat keberatan ketika Pemprov Jateng menerbitkan surat rekomendasi mutasi kendaraan yang selama ini ditangani di kabupaten, diambil alih oleh provinsi.

“Pengusaha angkutan ini ibarat hidup segan mati tak mau. Kalau mau mutasi saja harus mengurus rekomendasi ke provinsi, apa ndak makin memberatkan. Atau sengaja ingin menikam Organda biar ambruk,” katanya kesal. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com