
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ratusan pengurus dan anggota organisasi massa (Ormas) Pemuda Pancasila Sragen dikumpulkan untuk diberi pembekalan tentang kebangsaan.
Mereka mendapat pembekalan melalui serasehan kebhinekaan dengan tema Harmoni Dalam Bingkai Keberagaman, Sabtu (10/9/2022).
Kegiatan serasehan itu diprakarsai oleh MPC PP Kabupaten Sragen dibawah komando Ketua MPC PP Sragen, Jani Junaidi. Tak kurang dari 235 pengurus dan anggota PP berbagai kecamatan hadir dalam kegiatan tersebut.
Acara menghadirkan dua narasumber yakni dari Ormas Pemuda Muhammadiyah, Chodri Mustaqim dan anggota DPRD Sragen Nanik Budi Darmawati.
Ketua MPC PP Sragen, Hani Junaidi mengungkapkan serasehan digelar dalam rangka menambah wawasan pengurus dan anggota terkait pentingnya memahami keberagaman di NKRI.
Sebab realita bangsa ini terdiri dari beragam suku, agama, ras, bahasa, budaya dan perbedaan lainnya.
Dengan semangat kebhinekaan, diharapkan para pengurus dan anggota PP bisa mengamalkan dan menjadi pelopor kebhinekaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosial.
“Nanti kegiatan digelar dua hari sampai besok. Hari ini sekitar 235 peserta yang hadir. Mengapa semangat kebhinekaan penting ditanamkan supaya tidak ada jurang pemisah di antara elemen masyarakat. Harapan kami kader dan pengurus PP Sragen mengamalkan sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan di bawah naungan NKRI,” paparnya di sela kegiatan.

Sementara, tokoh dari Pemuda Muhammadiyah Sragen yang hadir sebagai pemateri, Chodri Mustaqim menyampaikan paparan pentingnya merawat kebhinekaan di tengah keberagaman yang ada di negeri ini.
Ia menekankan semua elemen dari bawah bisa menunjukkan kontribusinya dalam merawat kebhinekaan melalui peran masing-masing.
“Bahwa perbedaan itu mutlak, disadari atau tidak. Tapi yang terpenting untuk dimaknai bahwa perbedaan itu membawa rahmat dan bagaimana perbedaan itu mempersatukan bukan memisahkan,” paparnya.
Chodri menggambarkan semangat menghargai keberagaman itu bisa dilihat dari iklim akademika di bawah naungan Muhammadiyah.
Di mana meski berlabel Muhammadiyah, mahasiswa yang menimba ilmu tidak hanya muslim dan beraliran Muhammadiyah. Akan tetapi banyak juga yang berasal dari agama lain seperti Nasrani, hindu, Budha dan lainnya.
“Di Papua, Universitas Muhammadiyah justru 90 persen mahasiswa dan civitas akademikanya non muslim. Dosen, Staff pengajar dan karyawan banyak yang non muslim. Nyatanya juga nggak ada masalah, semua berjalan nyaman-nyaman saja, saling menghormati,” urainya.

Chodri menambahkan semangat kebhinekaan dan menghargai perbedaan memang harus ditekankan di setiap elemen. Sebab realitanya, NKRI hadir menaungi jutaan warga dengan beragam perbedaan mulai dari latarbelakang letak geografis, suku, agama, ras dan perbedaan lainnya.
“Yang tidak kalah penting adalah tidak mudah terprovokasi dan termakan hoax. Karena selama ini perpecahan dan perselisihan itu sedikit banyak munculnya diawali dari berita hoax yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” tandasnya. Wardoyo
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.