SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabar mengejutkan datang dari anggota DPR RI, Dedi Mulyadi. Tak ada angin tiada hujan, legislator asal Golkar dari wilayah Purwakarta itu digugat cerai oleh istrinya, Anne Ratna Mustika.
Sebelum digugat cerai, Dedi ternyata pernah berkunjung ke Sragen pada Februari 2022 lalu.
Anne yang saat ini menjabat Bupati menggantikan sang suami mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA) Purwakarta.
Kabar itu langsung membuat geger dunia maya, pasalnya kedua tokoh ini selama ini terlihat harmonis dan nyaris tak pernah diterpa kabar miring.
Dari perkawinan Dedi Mulyadi dan Anne Ratna Mustika dikaruniai 3 orang anak yaitu Maulana Akbar Ahmad Habibie, Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip, dan Hyang Sukma Ayu.
Anne Ratna Mustika yang merupakan wanita kelahiran Cianjur 28 Januari 1982 yang merupakan Mantan Mojang Purwakarta.
Hingga kini, belum diketahui apa penyebab dilayangkannya gugatan cerai oleh Anne ke Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Purwakarta.
Dikutip dari laman SIPP PA Purwakarta, gugatan cerai tercatat Anne Ratna Mustika kepada Dedi Mulyadi dengan nomor register: 1662/Pdt.G/2022/PA.Pwk tertanggal 19 September 2022.
Humas PA Purwakarta, Asep Kustiwa membenarkan gugatan cerai yang dilayangkan bupati cantik yang akrab dipanggil Ambu Anne tersebut.
Sidang perdana gugatan cerai dijadwalkan digelar pada Rabu 5 Oktober 2022.
“Ya, penggugat atas nama Hj Anne Ratna Mustika dan tergugat atas nama H Dedi Mulyadi. Awal Oktober bulan depan dijadwalkan sidang,” kata Humas Pengadilan Agama Purwakarta, Asep Kustiwa kepada wartawan, Rabu (21/9/2022).
Gugatan cerai itu membuat publik terenyak dan prihatin. Sebab selama ini, Dedi juga dikenal sangat merakyat dan kerap menyuarakan dukungannya terhadap masyarakat yang ditimpa masalah.
Dedi yang merupakan Ketua Komisi IV DPR RI juga sempat berkunjung ke Sragen bersama anggota untuk pengendalian hama tikus di Desa Jambanan, Sidoharjo, Sragen, Sabtu (5/2/2022) silam.
Saat itu, mantan Bupati Purwakarta itu mengatakan kunjungan ke Sragen itu sebagai respon atas banyaknya petani korban tewas akibat pemakaian setrum jebakan tikus.
Karenanya, kunjungan itu dimaksudkan untuk memberikan penegasan kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan agar segera melakukan percepatan penanganan hama tikus.
“Kementerian Pertanian agar lebih komprehensif dalam melakukan upaya percepatan penanganan hama. Ada tikus merajalela, cepat semua petugas bergerak cari solusinya. Jangan nunggu sampai orang pasang setrum,” paparnya.
Dedi mengaku prihatin dengan apa yang menimpa petani di Sragen. Menurutnya, kematian petani akibat memakai setrum jebakan tikus tidak perlu terjadi apabila pihak terkait segera merespon mencarikan solusi yang efektif.
“Peristiwa-peristiwa yang terjadi seperti penanganan hama tikus dengan menggunakan listrik yang tidak direkomendasi itu tidak boleh terulang lagi. Tapi Dirjen dan pemerintah juga harus memberi solusi yang aman dan efektif untuk petani,” terangnya.
Dedi memandang harus ada kesungguhan dari Dirjen tanaman pangan untuk menyikapi setiap persoalan hama pertanian.
Menurutnya harus ada antisipasi ke depan terkait pencegahan dan penanggulangan hama. Sehingga keberpihakan pemerintah terhadap nasib petani itu benar-benar dirasakan.
“Jadi harus ada keberpihakan ke petani. Jangan giliran panen berhasil pejabat ramai-ramai datang, giliran ada masalah hama, nggak ada pejabat yang mau datang. Petani itu sudah kalau mau panen harga jatuh, pas mau pupuk harga melambung,” ujar Dedi.
Sementara, menyikapi fenomena hama tikus, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi yang hadir mengatakan sebenarnya Kementan sudah membahas solusi-solusi mengatasi hama pertikusan.
Menurutnya ada beberapa solusi yang sebenarnya bisa dilakukan oleh petani dan relatif aman.
Di antaranya penyeragaman pola tanam, pembersihan pematang, penanaman tanaman pengusir tikus di pematang, pemakaian bio pestisida, pemberian umpan, gropyokan serentak hingga penggunaan asap atau belerang.
“Kondisi sekarang, penggunakan listrik untuk jebakan tikus tidak dianjurkan. Silakan sudah ada solusi tadi, bisa dipilih,” ujarnya. Wardoyo