JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mengatasi masalah obesitas atau kegemukan, ternyata bisa dilakukan dengan menggunakan metode akupunktur.
Tak hanya itu, namun yang lebih penting bahwa akupuntur juga dapat mengurangi risiko kesehatan yang mungkin muncul akibat obesitas, seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan darah tinggi.
Demikian diungkapkan oleh Spesialis akupunktur medis dr. Kemas Abdurrohim.
“Jadi selama pasien itu diakupunktur, selama itu juga biasanya akan terhindar dari risiko atau dampak akibat obesitas, misalnya stroke, diabetes, dan lain-lain,” kata staf di Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Akupunktur Medis, dan Kedokteran Okupasi RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Terkait obesitas, ia mengatakan akupunktur bisa membantu mengurangi nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang sehingga diet yang dijalani tetap membuat nyaman pasien. Kemas menekankan kunci pasien untuk menurunkan berat badan yaitu menetapkan perencanaan terlebih dulu. Ia menyarankan paling tidak target penurunan berat badan minimal 5-10 persen dalam tiga bulan.
Walau akupunktur membantu mengatasi obesitas, pasien hendaknya tidak melupakan untuk tetap mempersiapkan pula pola makan sehat dan jenis latihan fisik yang harus konsisten sebagai bagian dari kebiasaan seumur hidup.
“Untuk menurunkan berat badan butuh berapa lama kita melakukan akupuntur, itu bergantung target. Sebetulnya yang paling penting mengubah perilaku kita. Perilaku itu harus kita ubah dan dijalankan secara konsisten seumur hidup, tentunya kalau ingin langsing,” ujarnya.
Ubah pola makan
Menurutnya, akupunktur biasanya yang paling bagus dapat menurunkan berat badan setengah sampai 1 kilogram per minggu. Apabila pasien ingin menurunkan berat badan 10 kg, maka dia tinggal melakukan perencanaan target waktu yang dibutuhkan untuk melakukan akupuntur rutin.
“Tentunya harus disertai dengan mengubah pola makan. Masalah pola makan itu nanti silakan ke ahli gizi,” sarannya.
Kemas mengatakan kini modalitas akupunktur telah berkembang menjadi berbagai jenis dengan tujuan yang masih sama, tidak hanya jarum, melainkan juga laser, benang, farmakopunktur, elektroakupunktur, hingga ultrasound akupunktur. Menurutnya, efek samping akupunktur hampir tidak dijumpai, minimal biasanya terjadi hematom atau bintik kecil di kulit dengan persentase kejadian yang rendah pada akupunktur seperti jenis jarum.
“Walaupun invasif, tapi invasinya itu minimal banget. Hanya terjadi mikrotrauma. Jadi sangat aman untuk kulit, apalagi dengan laser. Kalau laser itu tidak ada efek sama sekali ke kulit,” katanya.
Kemas menambahkan semua pasien dengan obesitas aman untuk terapi akupunktur kecuali pasien obesitas dengan penyakit tertentu.
“Misalnya pasien obesitas tapi dia ada penyakit yang menyebabkan trombositnya turun drastis. Itu bukan tidak boleh tetapi tidak boleh menggunakan jarum. Jadi kita bisa menggunakan laser karena kalau menggunakan jarum takut terjadi hematom atau pendarahan,” paparnya.