JOGLOSEMARNEWS.COM — Tempe merupakan salah satu makanan favorit masyarakat yang harganya cukup terjangkau. Selain itu tempu juga merupakan pakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein.
Bahan utama untuk membuat tempe adalah kacang-kacangan seperti kedelai yang mengandung protein tinggi.
Kandungan Gizi dalam Tempe
Dilansir dari laman Asosiasi Keluarga Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), tempe disebut juga sebagai superfood karena memiliki berbagai kandungan gizi. Selain jumlah protein yang tinggi, tempe juga mengandung berbagai vitamin dan mineral.
Kandungan protein tempe bahkan lebih unggul dibanding daging sapi. Dalam 100 gram tempe, proteinnya sebanyak 20,8 gram. Sementara pada daging sapi dengan takaran yang sama, proteinnya berkisar 17,5 gram.
Menurut ahli diet pemilik Plant-Based Eats, Amy Gorin, protein dalam tempe hampir sama banyaknya dengan olahan steak. Protein tinggi dalam tempe diklaim dapat membantu mencapai rasa kenyang yang lebih cepat sebagai bahan bakar untuk beraktivitas. Protein tempe juga menjaga perut kenyang tahan lama. Dilansir dari Healthline, sejumlah studi menunjukkan bahwa tempe dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan membakar lebih banyak kalori setelah makan.
“Satu porsi tempe 3 ons menyediakan 17 gram protein untuk bahan bakar Anda,” kata Gorin dikutip dari situs Real Simple.
Agar mendapat protein yang maksimal dari tempe, sebaiknya tempe tidak diolah dengan cara digoreng. Pasalnya, menggoreng tempe dapat mengeluarkan minyak yang terdapat di dalam kedelai. Selain itu proses pemanasan dengan minyak juga dapat menggantikan lemak tak jenuh dalam tempe dengan minyak goreng tersebut. Oleh karena itu, disarankan untuk mengolah tempe dengan cara direbus, dikukus, atau dibacem.
Made Astawan, Pakar tempe yang juga Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian ITB, mengatakan tempe terbukti mengandung zat gizi dan non gizi. Sebab itu, tidak dianjurkan mengonsumsi tempe dalam keadaan mentah. Ini lantaran kedelai dalam tempe memiliki kandungan non gizi yang harus diaktifkan.
Tempe juga mengandung senyawa tumbuhan isoflavon karena terbuat dari kacang kedelai. Studi terhadap hewan juga menunjukkan isoflavon pada tempe memiliki efek protektif terhadap organ hati. Selain itu, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Pharmaceutical Biology menemukan, kandungan isoflavon dalam tempe memiliki efek antioksidan yang lebih hebat dibandingkan produk kedelai lainnya. Sifat antioksidan ini dapat menangkal kerusakan sel akibat radikal bebas.
Studi juga membuktikan, isoflavon sangat berkaitan dengan penurunan kadar kolesterol dan mengurangi stres juga. Karena kandungan senyawa isoflavon, tempe juga cocok dijadikan menu sehat bagi pengidap diabetes melitus. Hal ini dikarenakan tempe memiliki kandungan isoflavon dan serat yang bisa menjaga gula darah tetap stabil. Selain itu, tempe juga memiliki kemampuan memperbaiki resistensi insulin tubuh.
Selain protein dan isoflavon, tempe juga mengandung elemen lain yang berguna bagi tubuh, termasuk asam lemak, vitamin, dan mineral. Proses fermentasi pada tempe meningkatkan jumlah asam lemak tidak jenuh majemuk. Senyawa ini bermanfaat untuk menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. Menurut Gorin, tempe menyediakan beberapa kalsium dan sumber zat besi tanaman yang sangat baik untuk kesehatan. Kandungan zat besi pada tempe membantu menciptakan hemoglobin, yakni bagaimana sel darah merah mampu mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
“Tempe juga kaya akan kalium, fosfor, dan magnesium—semua zat gizi mikro yang mendukung sistem peredaran darah dan saraf,” kata dia.
Kandungan vitamin pada tempe juga beraneka. Terutama vitamin B, termasuk Riboflavin (vitamin B2), Niasin vitamin B3, Folat (vitamin B9), dan Piridoksin (vitamin B6), serta B12. Riboflavin dan niasin berperan dalam produksi energi dan sel darah merah yang sehat. Sementara itu, folat dan piridoksin memiliki kontribusi penting untuk memelihara kesehatan saraf. Sedang kandungan vitamin B12 pada tempe membuatnya menjadi sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati.