BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keberadaan kera ekor panjang liar semakin meresahkan warga kawasan lereng Merapi -Merbabu. Pasalnya, kawanan kera sering menjarah ladang dan hasil pertanian.
Kades Samiran, Kecamatan Selo, Herman mengatakan konflik dengan kera ekor panjang sudah terjadi sejak belasan tahun. Namun hingga kini belum ada solusinya.
Bahkan baru-baru ini, dia mengaku sempat merekam empat kera ekor panjang yang masuk pekarangan rumahnya. Buah rambutan yang dibelinya habis dicuri kera.
“Belum lagi, hasil pertanian warga. Sering juga ganggu ladang warga. Ini sudah dari dulu. Kalau pas nyerang lahan warga jumlahnya ratusan,” katanya Rabu (25/1/2023).
Yang diganggu tanaman sayur warga, utamanya tanaman wortel, tanaman lain juga. Batang tanaman dicabuti, terus dimakan.
Diungkapkan, kawanan kera ini berasal dari lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Namun, paling banyak berasal dari Gunung Merapi.
Warga sudah berinisiatif memasang jaring disepanjang kebun pertanian. Kemudian menjaga dengan sistem ronda bergilir tiap harinya. Pihaknya sebenarnya juga telah koordinasi dengan pihak terkait.
“Sudah dua kali pertemuan dengan pihak terkait, termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Tapi belum ada solusi yang tepat,” lanjutnya.
Beruntung, belum ada warga yang diserang kera. Sedangkan, kerugiannya belum bisa ditaksir.
“Sulit untuk memperkirakan kerugian. Soalnya, pengrusakan bergantian. Dari satu ladang ke ladang lainnya.”
Bahkan ada kera berani masuk pekarangan rumah yang dekat dengan jurang, atau pekarangan rumah yang belakangnya ada kebun.
Senada, Yanto, warga Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo mengaku kerap memergoki kawanan kera berada di belakang rumahnya. Kebetulan, rumahnya bersebelahan dengan Kali Gandul yang merupakan aliran dari Merapi. Kera juga sering terlihat bergelantung di pepohonan sepanjang kali.
“Ya cukup menakutkan. Kemarin lihat ada lima, kadang kera juga merusak tanaman di ladang-ladang pinggir aliran sungai.” Waskita