Beranda Umum Nasional Renungan untuk Penguasa Negeri, Uskup Suharyo: Penguasa yang  Tak Mau Mendengar Kritik...

Renungan untuk Penguasa Negeri, Uskup Suharyo: Penguasa yang  Tak Mau Mendengar Kritik Biasanya  Tumbang

Para Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Katolik Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK) saat menyampaikan pernyataan sikap | beritabernas.com

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sampai sejauh ini, setidaknya sudah ada sekitar 59 perguruan tinggi ternama dan sejumlah organisasi kemasyarakatan di Indonesia yang melontarkan petisi dan kritik kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Para akademisi maupun aktivis merasa prihatin atas sikap penguasa yang terkesan otoriter, tidak netral dan mengabaikan demokrasi menjelang Pemilu 2024.

Melihat kenyataan tersebut, Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo  pun angkat bicara. Ia berharap Presiden Jokowi mau mendengarkan seruan moral tersebut.

“Sebab dalam sejarah, bila seruan seperti itu tidak didengarkan, maka biasanya kekuasaan akan tumbang,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari beritabernas.com, Selasa (6/1/2024).

Suharyo mengatakan, kekuasaan dan kritik merupakan dua hal yang mesti berjalan bersama-sama. Karena itu, bila para akademisi menyampaikan seruan moral, itu merupakan tanggungjawab mereka yang ditujukan kepada institusi kekuasaan.

Baca Juga :  Kuasa Hukum Tom Lembong Tuding Naskah Saksi Ahli Pihak Kejagung Plagiat, Kejagung Bantah

Dalam video berurasi 1 menit 34 detik yang sempat viral, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, dalam perspektif iman Kristiani, dalam sejarah, selalu ada kerajaan dan kerajaan itu sama dengan kekuasaan.

Suharyo mengatakan, kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik. Maka, lanjut Suharyo, ketika ada institusi kerajaan (waktu itu raja-raja) menyeleweng dari titahnya, maka muncul yang disebut nabi-nabi.

“Mereka yang menyerukan kebenaran dan keadilan. Ketika negara tidak adil, nabi muncul untuk menyerukan keadilan,” ujarnya.

“Saya kira setiap zaman situasinya seperti itu. Jadi kalau para akademisi itu menyampaikan seruan moral, itu tanggungjawab mereka dan ditujukan kepada institusi yang memegang kekuasaan. Dinamika seperti itu dalam sejarah selalu ada. Moga-moga seruan-seruan seperti itu didengarkan. Harapannya itu,” kata Ignatius Kardinal Suharyo.

Menurut Kardinal Suharyo, bila seruan moral seperti itu tidak didengarkan, dalam sejarah juga jelas, ketika kekuasaan tidak mendengarkan kritik-kritik maka bahayanya adalah tumbang. Itu selalu terjadi seperti itu, bukan hanya di Indonesia tetapi dimana pun akan terjadi. Suhamdani