WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Berikut ada cerpen dengan judul Bara Naga Baik Hati dari Gunung Merapi.
Ada pesan moral yang bisa disampaikan dari cerpen dengan judul Bara Naga Baik Hati dari Gunung Merapi ini.
Cerpen dengan judul Bara Naga Baik Hati dari Gunung Merapi ini bisa didongengkan saat anak mau tidur. Bisa pula diceritakan ketika jeda belajar.
(Dengan suara bergetar penuh semangat, si pendongeng mulai bercerita)
“Di sebuah gunung yang sangat tinggi, gunung Merapi, hiduplah seekor naga bernama Bara. Tapi, Bara bukan naga jahat yang suka menyemburkan api dan menakuti manusia. Oh tidak! Bara adalah naga yang sangat baik hati. Kulitnya bersinar keemasan seperti matahari terbit, matanya sebesar bola pingpong yang berkilau ramah, dan suaranya lembut seperti desiran angin malam.”
(Si pendongeng membuat gerakan tangan seolah-olah menggambarkan ukuran mata Bara yang besar dan bersinar)
“Setiap hari, Bara suka terbang mengelilingi gunung. Ia melihat pemandangan indah di bawah sana: sawah-sawah hijau yang luas, sungai yang mengalir deras, dan desa-desa kecil yang penuh dengan rumah-rumah panggung. Bara senang sekali melihat manusia-manusia itu hidup rukun dan damai.”
(Si pendongeng menggerakkan tangannya perlahan, menggambarkan pemandangan yang dilihat Bara)
“Suatu hari, datanglah seorang penyihir jahat bernama Durjana. Durjana iri dengan kebaikan Bara. Ia ingin membuat Bara menjadi jahat seperti dirinya. Dengan sihirnya yang kuat, Durjana membuat hati Bara menjadi gelap. Bara mulai merasa marah dan sedih. Ia tidak lagi suka melihat manusia. Bara ingin menyendiri di puncak gunung.”
(Si pendongeng merubah nada suaranya menjadi lebih gelap dan seram saat menceritakan tentang Durjana)
“Melihat Bara berubah, teman-teman Bara, yaitu burung hantu bernama Bimo dan tupai kecil bernama Cici sangat sedih. Mereka tidak ingin kehilangan teman baiknya. Mereka memutuskan untuk membantu Bara. Dengan susah payah, mereka mencari cara untuk mematahkan sihir Durjana.”
(Si pendongeng membuat suara burung hantu dan suara tupai yang lucu)
“Akhirnya, mereka menemukan sebuah bunga ajaib di dasar gunung. Bunga itu konon bisa mematahkan segala jenis sihir. Dengan sekuat tenaga, Bimo dan Cici membawa bunga itu ke puncak gunung dan memberikannya pada Bara. Saat Bara mencium aroma bunga itu, hati Bara langsung terasa hangat dan tenang kembali.”
(Si pendongeng membuat gerakan seolah-olah sedang mencium bunga)
“Sihir Durjana pun lenyap seketika. Bara kembali menjadi naga yang baik hati. Ia sangat berterima kasih pada Bimo dan Cici. Mereka bertiga pun hidup bahagia selamanya di gunung Merapi.”
(Si pendongeng tersenyum lebar)
Pesan moral:
“Dari cerita ini, kita belajar bahwa kebaikan akan selalu menang. Meskipun ada yang mencoba membuat kita jahat, kita harus tetap berpegang pada hati nurani kita. Dan ingat, persahabatan itu sangat berharga. Dengan teman yang baik, kita bisa menghadapi segala kesulitan.”
(Si pendongeng mengajak anak-anak untuk bertepuk tangan).
Aris Arianto