BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Festival Janur digelar MAXONE Hotel Loji Kridanggo, Boyolali, Rabu (4/11/2024). Hal itu bertujuan untuk nguri-uri seni dekorasi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Seni dekorasi itu biasanya ditampilkan dalam acara hajatan seperti pernikahan. Biasanya disebut dengan kembar mayang serta penjor. Dulu masyarakat membuat sendiri secara 0gotong royong. Nskun, kini seni tradisi janur itu menjadi bisnis dekorasi.
Menurut salah satu pegiat seni dekorasi janur asal Boyolali, Supri Jabrik (60), seni dekorasi kembar mayang dan penjor ini sudah dipelajarinya sejak masih remaja. Awalnya, dia belajar dari kegiatan karang taruna.
“Zaman dulu, kalau ada hajatan semuanya didekor sendiri. Termasuk kembar mayang ini, dulu malam sebelum resepsi kami gotongroyong buat itu. Dari situ belajar otodidak. Karena tiap acara nikahan di kampung, pasti buat sendiri,” katanya di sela acara.
Dijelaskan, membuat kembar mayang dan penjor butuh kesabaran dan ketelitian. Pembuatannya saja memakan waktu berjam- jam. Itupun harus ada yang membantu dalam memotong, menggunting dan merangkainya.
Kembar mayang tidak hanya sekedar seni dekorasi, namun juga terdapat makna mendalam. Janur berasal dari kata Ja berarti kelahiran dan nur yang berarti cahaya. Sehingga diharapkan rumah tangga pengantin akan bercahaya.
“Maka bentuknya sebisa mungkin harus rapi. Terus kalau bisa gak monoton, seni janur itu berkembang terus. Cuma tantangannya, anak zaman sekarang malas yang berkaitan budaya, apalagi sekarang zaman gadget seperti ini, budaya sudah mulai luntur,” paparnya.
Perajin juga dihadapkan pada bahan baku janur yang sulit. Saat ini mencari janur lokal cukup susah. Dia sendiri harus memesan dari daerah Wonosobo. Harganya berkisar Rp 50-an ribu per papah. Sedangkan harga kembar mayang berkisar Rp 750.000 per pasang.
Serupa, Sutarto (52) peserta asal Desa Candi, Kecamatan Ampel mengamini bahwa seni dekorasi janur ini terganjal pada bahan baku dan regenerasi. Untuk mendapatkan papah janur, dia harus memesan sejak jauh-jauh hari.
“Kalau bisa (Festival janur,Red) sering diadakan lebih bagus. Karena juga mengangkat budaya Jawa dan kreasi, lalu dari anak muda biar tertarik melanjutkan, jadi ada regenerasi.”
Budayawan Boyolali, Gatut Suseno menambahkan, seni janur ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak atau abad ke 15. Kembar mayang mulai dipasang untuk hajat pernikahan. Kembar mayang ada yang bernama Dewandaru, Dewa berarti umat dari yang Maha Kuasa. Sedangkan Ndaru adalah cahaya.
Satu lagi bernama Kalpondaru. Kalpo berarti abadi dna ndaru diartikan cahaya. Sehingga kembar mayang menjadi ujub doa agar kedua mempelai mendapat cahaya dari yang Maha Kuasa.
“Janur itu adalah daun kelapa yang paling atas, paling muda. Itu di tata cara adat Jawa, janur itu mengandung makna permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.”
Sales Marketing Manager MAXONE LojiKridanggo Boyolali Clarita Hera menjelaskan bahwa festival ini diikuti 10 grup dekor. Peserta membuat dua jenis rangkaian janur, yaitu Penjor dan Kembar Mayang. Nantinya, penjor akan dipasang di area luar Hotel. Sedangkan Kembar Mayang akan diletakkan di area dalam.
“Ini tidak hanya sekedar mengikuti leluhur, namun juga terdapat nilai-nilai sosial, budaya seperti gotong royong, pengorbanan, rasa syukur, doa-doa, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat di suatu lingkungan,” pungkas dia. Waskita