Beranda Umum Nasional Baru Sebulan Dibilang Program MBG Bakal “Zero Accident”, Keracunan Massal di Bogor...

Baru Sebulan Dibilang Program MBG Bakal “Zero Accident”, Keracunan Massal di Bogor Ditetapkan Sebagai KLB

Kepala Badan POM RI Taruna Ikrar menegaskan, pihaknya bakal mempelajari kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Bogor, Jawa Barat | tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pada hari Jumat (14/3/2025), Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hidayana, menyatakan komitmennya untuk mencapai “zero accident” dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Namun, belum lama pernyataan itu mengemuka, pada tanggal 7 Mei 2025, kembali terjadi insiden keracunan massal dalam program MBG di Kota Bogor yang mengejutkan publik. Sebanyak 223 siswa menjadi korban keracunan makanan dalam kejadian tersebut.

Kasus ini pun ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), dan Kepala Badan POM RI, Taruna Ikrar, menegaskan pihaknya akan mempelajari lebih lanjut kasus keracunan ini.

Badan POM berencana memperbaiki sistem tata kelola penyimpanan bahan, pembuatan makanan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), serta distribusinya, untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

“Kasus itu tetap kami back up. Belajar dari kasus-kasus sebelumnya, ke depan perlu diperbaiki bagaimana dapurnya untuk mengelola makanan maupun cara menyimpan bahan makan,” ujar Taruna di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Baca Juga :  Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbudristek, Kejagung Buka Kemungkinan Periksa Nadiem

Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa keracunan ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri Salmonella dan Escherichia coli. Sebagai langkah mitigasi, Badan POM akan lebih mengedepankan edukasi bagi petugas SPPG mengenai pentingnya kebersihan dan keamanan pangan.

“Kami akan terus melakukan pemantauan ketat sejak awal proses untuk memastikan tidak ada kejadian luar biasa berupa keracunan,” kata Taruna.

Peristiwa ini terjadi di sembilan sekolah di Kota Bogor, dengan korban terbanyak berasal dari SMP Bina Insani yang mencatatkan 96 siswa keracunan. Sebagian besar korban lainnya berasal dari sekolah-sekolah yang tersebar di berbagai kecamatan, termasuk TK Bina Insani (28 orang), SD Bina Insani (13 orang), SMA Bina Insani (1 orang), serta beberapa SD dan SMP lainnya.

Dengan kejadian ini, BPOM bertekad untuk lebih fokus dalam pengawasan dan peningkatan kualitas makanan yang diberikan kepada anak-anak, serta memastikan penyimpanan dan distribusi bahan makanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Baca Juga :  Jargon Hilirisasi Gibran Menjadi Kontroversi di Raja Ampat. DPR: Jangan Jadikan Hilirisasi Nikel Pembenar Perusakan Lingkungan

www.tribunnews.com

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.