Beranda Umum Ada Mitos dan Fakta di Balik Daging Kambing yang Lezat

Ada Mitos dan Fakta di Balik Daging Kambing yang Lezat

Tengkleng, masakan berbahan dasar daging kambing. Dok

JOGLOSEMARNEWS.COM — Idul Adha selalu identik dengan melimpahnya daging kurban, baik sapi ataupun kambing. Daging kambing biasanya dimasak menjadi sate, gulai, tongseng dan lain sebagainya.

Tetapi di balik kelezatannya, daging kambing kerap diselimuti berbagai mitos yang membuat sebagian orang ragu untuk mengonsumsinya. Mulai dari anggapan memicu darah tinggi, kolesterol tinggi, hingga menyebabkan “badan panas”, mitos-mitos ini seringkali jauh dari kebenaran ilmiah.

Memahami fakta ilmiah di balik mitos-mitos ini sangat penting agar masyarakat dapat menikmati daging kurban dengan tenang dan sehat. Dengan informasi yang tepat, kita bisa mengolah dan mengonsumsi daging kambing secara bijak, memaksimalkan manfaat nutrisinya, serta menepis kekhawatiran yang tidak berdasar.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas, berikut adalah sejumlah mitos dan fakta terkait konsumsi daging kambing yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya.

Daging kambing dapat meningkatkan kadar kolesterol

Banyak orang yang menghindari konsumsi daging kambing karena dianggap dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Namun, berdasarkan informasi dari Times of India, daging kambing sebenarnya mengandung lemak jenuh dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis daging merah lainnya, seperti daging sapi.

Oleh karena itu, jika dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai, daging kambing tidak secara langsung menyebabkan peningkatan kadar kolesterol. Meski demikian, porsi konsumsi tetap perlu diperhatikan, terutama bagi individu dengan riwayat penyakit kardiovaskular.

Ibu hamil tidak diperbolehkan mengonsumsi daging kambing

Terdapat anggapan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari daging kambing karena dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan janin. Akan tetapi, menurut laporan dari That’s Farming, daging kambing justru merupakan sumber zat besi hewani yang baik dan dapat membantu mencegah anemia pada ibu hamil. Selain itu, kandungan nutrisi dalam daging kambing dapat mendukung kelancaran sirkulasi darah, yang turut berperan dalam perkembangan janin dan menurunkan risiko terjadinya cacat lahir. Dengan kata lain, konsumsi daging kambing tetap aman bagi ibu hamil selama tidak berlebihan dan diolah dengan cara yang higienis.

Baca Juga :  ASN Pelaku Pelecehan Seksual di Dinkes Solo Dilorot Jadi Petugas Kebersihan di DLH, Tunjangan Kinerja Anjlok Drastis

Bau prengus muncul karena kesalahan saat memotong kambing

Salah satu anggapan yang cukup umum adalah bahwa bau khas atau prengus pada daging kambing disebabkan oleh teknik pemotongan yang tidak tepat. Namun, informasi tersebut tidak sepenuhnya benar.

Berdasarkan penjelasan dari Live Strong, bau tersebut lebih berkaitan dengan proses penanganan dan pencucian daging setelah disembelih. Merendam daging kambing dalam air garam diketahui efektif untuk mengurangi bau prengus. Dengan demikian, langkah pasca-penyembelihan, seperti pencucian dan perendaman, memiliki peranan penting dalam menentukan aroma akhir dari daging kambing yang akan dikonsumsi.

Penderita hipertensi tidak boleh mengonsumsi daging kambing

Penderita tekanan darah tinggi sering kali dianjurkan untuk membatasi konsumsi makanan yang tinggi lemak dan garam, termasuk daging kambing. Namun, konsumsi daging kambing dalam jumlah yang terkontrol sebenarnya tetap diperbolehkan. Masalah justru timbul apabila daging dikonsumsi dalam jumlah berlebihan atau dimasak menggunakan bahan tambahan seperti santan, yang dapat meningkatkan kadar lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, penderita hipertensi disarankan untuk memperhatikan cara pengolahan dan porsi konsumsi agar tetap aman.

Daging kambing dapat menyembuhkan tekanan darah rendah

Ada pula anggapan bahwa mengonsumsi daging kambing dapat menjadi solusi bagi penderita tekanan darah rendah (hipotensi). Namun, hingga saat ini belum ada bukti medis yang mendukung klaim tersebut. Tekanan darah rendah umumnya ditangani melalui pola makan yang seimbang, kecukupan cairan, dan istirahat yang cukup. Daging kambing memang mengandung zat gizi yang baik, tetapi bukan merupakan pengobatan langsung bagi kondisi hipotensi.

Baca Juga :  ASN Pelaku Pelecehan Seksual di Dinkes Solo Dilorot Jadi Petugas Kebersihan di DLH, Tunjangan Kinerja Anjlok Drastis

Daging kambing tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan durian

Kombinasi antara daging kambing dan buah durian sering kali dianggap berbahaya bagi kesehatan, terutama karena dipercaya dapat menimbulkan dampak negatif bagi jantung. Meskipun larangan ini mungkin relevan bagi individu dengan riwayat penyakit jantung atau masalah metabolik tertentu, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa konsumsi kedua bahan ini secara bersamaan berbahaya bagi orang yang sehat. Selama dikonsumsi dalam batas yang wajar dan tidak berlebihan, keduanya tetap dapat dinikmati.

www.tempo.co

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.