SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen mencatat wabah keracunan atau up willing menimpa 800 karamba di Waduk Kedung Ombo (WKO). Dari jumlah itu, total ikan yang mati diperkirakan mencapai 320 ton dengan kerugian mencapai hampir Rp 6,4 miliar.
Kepala Disnakkan Sragen, Muh Djazairi mengungkapkan dari hasil pendataan ke lapangan, wabah kematian mendadak itu menimpa 800 karamba di WKO.
Dari 800 karamba itu tercatat merupakan milik 40 petani.
Rinciannya 15 petani di wilayah Boyolayar, Ngargosari, Sumberlawang dan 25 petani lainnya di Ngasinan, Sumberlawang.
“Kalau jumlah ikan yang mati, ditotal perhitungan kami ada sekitar 320 ton. Itu terjadi di 800 karamba milik 40 petani,” paparnya Rabu (3/7/2019).
Mayoritas ikan yang mati tersapu badai air putih itu memang ikan besar yang sudah memasuki masa panen. Jika harga perkilo ikan segar dirata-rata Rp 20.000 saja, total ikan yang mati itu sudah mencapai angka Rp 6,4 miliar.
“Ya memang segitu, tinggal ngalikan saja. Karena memang up willing itu biasanya yang mati ikan yang besar dan siap panen,” terang Djazairi.
Lebih lanjut, Djazairi menguraikan ikan yang mati mendadak itu terdiri berbagai jenis. Mulai dari nila, tombro dan lainnya.
“Wabah up willing itu seperti siklus tahunan. Biasanya melanda kisaran bulan Juli-Agustus. Solusi cepatnya ya memindahkan karamba yang belum kena ke tempat aman. Lalu sementara tiarap dulu. Sambil menunggu hasil lab yang akan kita lakukan terhadap kualitas air di WKO. Apakah memang karena faktor airnya, atau ada faktor lain,” terangnya.
Ditambahkan, wabah up willing memang sangat sporadis dan memastikan. Dalam semalam bisa menghabiskan semua ikan yang terkena.
“Up willing itu terjadi turbulensi di dasar, lalu mendorong air hangat di bawah naik ke atas. Itu memicu perombakan sisa pakan yang kemudian membawa amoniak naik sehingga berakibat mematikan ikan. Dan yang terserang biasanya ikan besar dan siap panen,” tukasnya.
Ditambahkan salah satu upaya mencegah up willing, adalah mengupayakan agar pada masa bulan Juli-Agustus, ikan di karamba baru pada usia bibit dan tidak pada usia besar.
“Sehingga petani memang harus memperkirakan kalau bisa pas bulan Juli-Agustus itu ikan belum usia besar,” tukasnya.
Salah satu petani karamba, Tri Wahyuni menuturkan di hari pertama wabah melanda, kerugian yang dialaminya sudah sekitar Rp 200 juta. Sebab ikan di 10 karamba miliknya langsung ludes jadi bangkai akibat tersapu up willing.
“Itu belum hari berikutnya. Sedih Mas, gek modalnya sebagian ngutang,” tuturnya. Wardoyo