GROBOGAN, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pandemi virus corona (covid-19) menghantam seluruh aspek kehidupan. Pertumbuhan ekonomi runtuh, sektor pendidikan pun tidak luput dari hantaman pandemi covid-19.
Sistem pendidikan pun diubah dengan sistem pendidikan dengan skema dalam jaringan (daring). Para penerapannya, para siswa diwajibkan memenuhi segala peralatan untuk mengikuti pelajaran dengan sistem jarak jauh.
Dampak pandemi covid-19 semakin terasa nyata saat mencermati perjuangan siswa dengan penuh keterbatasan. Bahkan, demi bisa mengikuti pelajaran sekolah, seorang bocah di Kabupaten Grobogan, memilih kerja jadi buruh bangunan. Pelajar tersebut adalah Catur Feriyanto.
Dirinya menyadari kondisi orang tuanya dengan berbagai keterbatasan perekonomian. Untuk tetap bisa belajar, ia pun tidak menuntut kepada orang tua untuk dibelikan smartphone.
Untuk mengumpulkan tugas-tugas sekolah dirinya harus menunggu kakaknya pulang untuk bisa pinjam handphone.
Untuk itu, Catur memilih kerja jadi kuli bangunan agar bisa beli handphone.
Gaji kecil hasil dari buruh bangunan yang didapat, dikumpulkan demi untuk bisa membeli smartphone agar bisa mengikuti pelajaran jarak jauh yang diterapkan pemerintah di masa pendemi covid-19.
Kerja jadi kuli proyek bangunan rumah tetangga dilakukan lantaran Catur Feriyanto, yang tinggal bersama kakaknya selalu terlambat mengumpulkan tugas sekolah.
“Saya ketinggalan pelajaran karena punya Handphone jadi tidak bisa belajar, jadi kerja biar bisa beli HP (smartphone),” ungkap Catur.
Dalam kisah perjuangan hidup Catur untuk tetap bisa sekolah, layaknya kuli bangunan lain, Febri juga bekerja mengaduk campuran bangunan yakni semen dan pasir serta mengangkat genting. Saat ditanya apakah lelah bocah kecil itu mengaku tetap semangat demi barang yang diinginkan.
“Saya senang kok. Tetap selalu semangat. Jika bisa beli HP saya bisa mengikuti pelajaran. Tidak apa-apa. Biar bisa beli HP,” imbuhnya dengan memancarkan semangat dan keluguannya.
Lebih lanjut, Catur menguraikan, tugas sekolah, baru bisa dikerjakan Febriyanto setelah pukul 21.00 WIB setelah dipinjemi Handphone milik kakaknya usai pulang kerja.
“Siang tidak bisa kerjakan tugas. Bisanya malam, pinjem handphone dari mbak (kakak). Jadi kerja biar dapat uang buat beli handphone,” tambahnya.
Bukan ingin memperkerjakan anak di bawah umur, namun semangat Catur Febriyanto yang membuat Marno pemilik proyek mendukung dan mengijinkan Catur bekerja.
Marno, pemilik rumah tempat Catur bekerja mengaku, mengizinkan bocah itu bekerja kendati tidak seberat pekerja lainnya.
“Saya ijinkan kerja karena katanya ngak punya HP buat brlajar. Jadi saya izinkan. Tidak ngoyo (memaksa) harus kerja keras. Cuma kami minta ngaduk dan bantu angkat genting,” kata Marno.
Catur, merupakan siswa kelas 7 MTS YA Robi, Grobogan. Di Desa Karangrejo, Kecamatan Grobogan Catur tinggal bersama dua saudaranya bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani.
Kepada para awak media, Marno mengungkapkan, awalnya Catur berkeinginan untuk kerja karena ingin punya handphone tapi belum punya.
“Jadi awalnya Catur ingin kerja dan hasil upahnya akan digunakan untuk beli handphone. Saya suruh bantu-bantu kerja disini. Ternyata kerjaanya sehari-hari bagus. Semangat kerjanya tinggi,” ungkap Marno.
“Saya melarang Catur agar tidak kerja yang berat. Catur punya semangat kerja yang tinggi. Semoga jadi orang yang berhasil nantinya,” imbuh dia. Satria Utama