Beranda Daerah Sragen Kesasar Jalan Ghaib, Bus Rombongan Pengantin Terdampar Semalaman di Embung Sulur Sambungmacan

Kesasar Jalan Ghaib, Bus Rombongan Pengantin Terdampar Semalaman di Embung Sulur Sambungmacan

Ilustrasi bus hantu kesasar. Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Embung Sulur atau Waduk Sulur di Dukuh Sulurejo, Desa Gringging, yang barusaja menewaskan 2 bocah malam Jumat kemarin, ternyata selama ini dikenal sebagai salah satu lokasi angker di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan.

Ternyata, selama ini Embung atau waduk di Desa Gringging itu sudah banyak menghadirkan kisah-kisah tak masuk nalar.

Seperti kisah bus Carteran untuk mengiring pengantin asal desa setempat yang mendadak terdampar sampai ke tanggul Embung.

Kisah itu terjadi sekitar beberapa tahun lalu dan diungkap Kasus Gringging, Suwanto. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Suwanto membenarkan Embung Sulur memang sudah identik dengan kejadian-kejadian aneh.

“Beberapa tahun lalu, saya agak lupa pasnya. Warga sini ada yang mau ngiring manten ke Jawa Timur. Kemudian nyarter bus dari Jawa Timur juga. Bus sudah janjian sampai sini malam. Tapi sampai pagi nggak sampai juga. Ternyata busnya nyasar sampai jalan di dekat tanggul. Bus ternyata terdampar semalaman di situ, sopirnya nggak sadar. Waktu sadar, sopirnya bilang seperti lewat di jalan halus. Nggak tahunya nyasar sampai Embung itu,” ujarnya Sabtu (6/8/2022).

Suwanto juga menyebut beberapa keanehan lain dari embung tersebut. Termasuk rentetan kasus kematian bocah yang ditemukan tewas tenggelam.

Terakhir, dua hari lalu, dua bocah SD setempat ditemukan tewas saat bermain dan mandi di Embung.

Menurut catatan pihak desa dan warga, sejauh ini sudah ada tiga bocah setempat yang tewas tenggelam di waduk tersebut.

Menariknya, entah hanya kebetulan atau memang ada horor tertentu, kematian tiga bocah itu menghadirkan kesamaan fakta.

Ya, menurut catatan warga dan pihak desa, tiga bocah yang meninggal di Embung Sulur memiliki kesamaan.

Baca Juga :  Dahsyat, Kampanye Terbuka Bowo Suwardi di Sragen Didukung Langsung Presiden Prabowo dan Masa Pendukung Penuhi Lapangan Nglorog Hingga Jalan Raya Sukowati

“Selama ini, dari tiga kejadian bocah meninggal tenggelam di situ, semuanya memang anak sini. Tapi kelahirannya bukan asli sini,” urainya.

Suwanto masih ingat betul tiga kejadian tragis tewasnya tiga bocah di Embung yang selama ini jadi penopang irigasi pertanian di desanya itu.

Korban tenggelam pertama terjadi sekitar 10an tahun lalu di saat awal-awal Embung baru selesai dibangun. Seingatnya, kala itu satu bocah meninggal saat bermain di Embung.

Meski tinggal di Gringging, namun bocah tersebut ternyata lahir di luar desa yakni kelahiran Jogja.

Fakta serupa juga didapati pada dua bocah kelas IV SD yang barusaja meninggal bersamaan pada Kamis (4/8/2022) malam, Muhammad Al Farizzi (9) asal Dukuh Sulurejo RT 27, Desa Gringging dan Keynandra Velaocta Kurniawan (9) warga Dukuh Klinge, Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen.

Suwanto menyampaikan meski tinggal di Gringging, dari riwayatnya, kedua bocah itu ternyata juga bukan asli kelahiran Gringging.

Farizzi yang tinggal bersama orangtuanya, diketahui kelahiran Tangerang Banten.

Sementara Keynandra yang tinggal bersama neneknya, diketahui lahir di Batam, tempat kedua orangtuanya merantau.

“Entah kebetulan atau memang ada kaitannya, ternyata selama ini anak yang meninggal di Embung Sulur itu semua bukan kelahiran asli sini,” urainya.

Senada, Kepala SDN Gringging 2, Hartono juga mencatat hal yang sama. Seingatnya dari 3 bocah siswa yang tewas tenggelam memang semuanya berdomisili di Gringging.

Akan tetapi mereka sama-sama tidak dilahirkan di Gringging. Melainkan dilahirkan di luar daerah.

“Ya begitulah. Kalau dirunut, tiga korban anak yang meninggal semuanya memang kelahiran luar daerah semua,” ucapnya.

Baca Juga :  DLH Sragen Ajak Warga Tukar Botol Plastik dengan Bibit Tanaman dan Pupuk Diadakan Rutin Setiap Minggu di Car Free Day Sragen

Saat ditanya perihal keberadaan Embung Sulur, Kades Gringging, Gatot Yunianto, menyampaikan Embung itu sudah lama dibangun tepatnya sekitar tahun 2013.

Saat ini, debit air di Embung sebenarnya tidak terlalu tinggi yakni di bawah pintu air. Ia menduga dua bocah yang tewas kemarin malam diduga terpeleset di bagian yang agak dalam.

Ia juga membenarkan jika dari tiga korban yang tewas tenggelam selama ini semuanya memang kelahiran luar Desa Gringging.

“Entah kebetulan atau memang ada faktor lain, yang jelas anak yang meninggal di situ semuanya kelahirannya bukan asli Gringging,” imbuhnya.

Saat ditanya apakah lokasi Embung termasuk angker, Gatot tidak bisa mendeteksi. Namun menurut warga, memang ada titik yang konon dikenal angker di wilayah Embung itu.

“Yang angker kabarnya sebenarnya bukan pas di embungnya, tapi di dekat situ sebelah Utara. Ya boleh percaya boleh tidak, kalau menurut warga ya seperti itu,” tandasnya. Wardoyo