DAMASKUS – Pemerintah Suriah, Sabtu (14/4), mengecam serangan Sekutu terhadap negeri itu sebagai sebuah agresi barbar dan brutal yang melanggar hukum internasional.
“Republik Arab Suriah mengecam keras agresi brutal AS, Inggris, dan Perancis, terhadap Suriah yang merupakan pelanggaran hukum internasional,” demikian Kementerian Luar Negeri Suriah.
Koresponden AFP di Damaskus melaporkan terjadi sejumlah ledakan pukul 04.00 waktu setempat disusul suara pesawat terbang meraung-raung di atas kota itu. Sementara itu, kantor berita Suriah, SANA juga melaporkan telah terjadi serangan tetapi menegaskan aksi militer tersebut sudah “ditakdirkan gagal”.
Operasi militer gabungan ini digelar sepekan setelah sebuah serangan senjata kimia dilancarkan terhadap Kota Douma yang dikuasai pemberontak. Serangan terhadap kota yang tak jauh dari Damaskus itu menewaskan lebih dari 40 orang.
Bashar al-Assad berada di balik serangan senjata kimia tersebut. Namun, Suriah dan Rusia membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Barat menggunakan alasan tersebut untuk membenarkan sebuah aksi militer.
Di hari yang sama dengan serangan itu digelar, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dijadwalkan melakukan investigasi di Kota Douma. Sehingga Kemenlu Suriah menuding serangan udara Sekutu itu merupakan cara untuk menghalangi kerja investigasi OPCW.
“Serangan ini adalah upaya untuk menghalangi terungkapnya kebohongan dan kepalsuan Barat,” lanjut Kemenlu Suriah.
Kecaman juga datang dari kelompok Hezbollah yang merupakan sekutu dekat Suriah. Organisasi ini mengatakan, Barat tidak akan mencapai tujuan mereka di Suriah.
Presiden AS Donald Trump memuji serangan udara terhadap Suriah yang digelar bersama Inggris dan Perancis.
“Sebuah serangan yang dilaksanakan dengan sempurna. Terima kasih untuk Perancis dan Inggris atas kebijakan dan kemampuan militer mereka yang luar biasa,” kata Trump lewat akun twitter-nya.
“Hasil operasi ini amat baik. Misi sudah terlaksana!” tambah Trump.
Setelah menyebut serangan senjata kimia di kota Douma pekan lalu sebagai “kejahatan seorang monster”, Trump memerintahkan serangan militer terhadap Suriah, Jumat (13/4/2028) malam.
Di saat Amerika Serikat dan sekutunya menghujani Suriah dengan lebih dari 100 misil, apa yang dilakukan Presiden Bashar al-Assad?
Kantor kepresidenan Suriah merilis sebuah video lewat twitter yang memperlihatkan Presiden Bashar al-Assad tiba di kantor kepresidenan untuk bekerja seperti biasa.
Video pendek yang hanya berdurasi enam detik itu memperlihatkan Assad berjalan sendirian sambil menjinjing koper melintasi sebuah ruangan berlantai marmer. Video itu juga dilengkapi dengan keterangan dalam bahasa Arab yang berbunyi: “Ketangguhan di pagi hari.”
Serangan AS dan sekutunya tidak berdampak langsung pada Indonesia namun bagi kelompok pro jihadis di Indonesia, serangan Barat yang biasanya dianggap musuh, justru ‘sejalan’ dengan dengan tujuan mereka.
Hal itu dikatakan pengamat Timur Tengah, Dina Sulaeman. Ia menyatakan, serangan gabungan militer AS, Inggris dan Prancis ke lokasi-lokasi senjata kimia Suriah itu sangat disesalkan karena “tidak seizin Dewan Keamanan PBB”.
“Dalihnya juga bukan sesuatu yang sudah teruji, baik (Presiden AS Donald) Trump maupun (PM Inggris) Theresa May menyebut alasan penyerangan itu karena serangan kimia di Douma,” kata Dina.
“Tapi belum ada penyelidikan langsung dari PBB apakah betul militer Suriah yang melakukannya karena ada beberapa kejanggalan dari informasi yang beredar”, tambah Dina, yang pernah tinggal di Iran itu.
Biasanya, serangan barat terhadap negara berpenduduk Islam, memancing kemarahan dan kecaman di negara-negara seperti Indonesia, diikuti berbagai aksi demonstrasi.
Namun kali ini situasinya lain, kata Dina. Ia menyebut, serangan ini justru disambut baik oleh pendukung kelompok-kelompok pro jihadis Suriah yang ada di Indonesia, baik yang mendukung ISIS maupun Al Qaida.
“Biasanya kelompok Islamis itu menyatakan anti Amerika namun sekarang mereka melihat kenyataannya justru Amerika yang melakukan serangan. Tapi mereka tentu tidak mungkin berterima kasih terang-terangan kepada Amerika,” papar Dina.
“Kubu anti perang akan bilang ‘itu buktinya kalian kerjasama dong dengan Amerika karena Amerika yang melakukan serangan langsung ke Suriah’,” kata Dina.
Meksi begitu, pengamat Timur Tengah lain, Ibrahim Almuttaqi dari The Habibie Center mengatakan serangan Barat ke Suriah ini bagaimanapun akan mendapat “reaksi keras dari publik Indonesia.” Mereka akan menginterpretasikan itu sebagai serangan Barat atas komunitas Muslim. # Tribunnews