KULONPROGO – Merelokasi makam pun ternyata tak kalah ribetnya dengan merelokasi rumah warga. Demikian yang terjadi pada proyek bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) si Temon Kulonprogo.
Si sana, seratusan liang makam hingga saat ini masih tersisa di areal lahan pembangunan bandara tersebut.
Alotnya perundingan dengan ahli waris dari kalangan warga penolak bandara membuat pemerintah desa kesulitan merelokasi kuburan tersebut.
Kuburan yang masih tersisa itu berada di wilayah Desa Glagah dan Palihan.
Seratusan liang makam itu teronggok begitu saja meski lahan di sekitarnya sudah diratakan dan berbagai aktivitas proyek pengerjaan NYIA semakin gencar dilakukan.
Pemerintah desa mengaku tak bisa berbuat banyak atas keadaan ini lantaran mereka juga terkendala belum bersedianya ahli waris untuk pemindahan makam tersebut.
Kepala Desa Glagah, Agus Parmono mengatakan bahwa PT Angkasa Pura I selaku pemrakarsa pembangunan NYIA menginginkan semua makam tersisa segera dipindahkan sekaligus hingga akhir September ini.
Namun, hal itu tak mudah dilakukannya mengingat mayoritas ahli waris atas sisa makam tersebut adalah kalangan keluarga warga penolak NYIA yang kukuh tak mau kuburan itu dipindah.
Mereka menolak meski biaya pemindahan ditanggung pemerintah desa. Upaya pemerintah desa mendatangi warga dan menyampaikan surat pemindahan makam itu ke tempat yang telah disediakan pun tak membuahkan hasil.
“Maunya AP I urusan makam itu selesai akhir September dan langsung dipindah karena lahannya masuk area untuk pembangunan apron dan terminal.
Kalau tidak tercapai, bakal dipindah paksa oleh AP I. Saat ini masih ada warga yang berkukuh tidak mau dipindah,”kata Agus, Selasa (25/9/2018).
Dari 7 titik kompleks permakaman terdampak bandara di wilayah Glagah, hanya makam keluarga Mondorakan di Pedukuhan Sidorejo dan Makam Mbah Drajat di Bapangan yang sudah tuntas direlokasi beberapa bulan silam.
Makam-makan itu dipindahkan ke lahan baru seluas 6.000 meter persegi di utara kompleks perumahan relokasi warga di Pedukuhan Bebekan dan ditata berderet sesuai kelompok wilayah asal.
Adapun yang masih tersisa secara total ada sekitar 115 liang makam di beberapa titik kompleks permakaman yang belum dipindahkan.
Antara lain di Pedukuhan Kepek (Makam Nyi Kopek dua liang, Makam Nyi Bunder 8 liang) dan Bapangan (Makam Sorogenen 18 liang, Makam Nyi Bapangsari 15 liang, Makam Gunung Dumplong sekitar 80 liang).
Pada Selasa (25/9/2018) itu, upaya relokasi makam kembali dilanjutkan. Ada sekitar 26 liang yang bisa dipindahkan oleh tim pemindahan makam yang dibentuk desa didampingi petugas AP I dan segelintir ahli waris makam. #tribunnews
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com