SRAGEN- Kisah miris kehidupan warga miskin menyeruak dari sudut barat Kabupaten Sragen. Di Desa Tlogotirto, Kecamatan Sumberlawang, dua orang nenek miskin selama puluhan tahun tinggal di gubuh reyot tanpa sekat bersama kambing piaraannya.
Dua nenek malang itu adalah Sukini (75) warga Dukuh Dawung RT 8, dan Sutiyem (80) warga Dukuh Dawung RT 9. Selain kondisi rumahnya reyot, kondisi ekonomi menjadi alasan kedua nenek itu terpaksa tidur tanpa sekat di dekat kambing-kambing piaraan mereka.
“Ya ada dua nenek yang tinggal di gubug enggak layak dan sama kambing. Mbah Sukini dam Sutiyem. Tapi Alhamdulillah hari ini mereka dibantu rehab rumah dari PMI Sragen,” papar Kades Tlogotirto, Riyono, di sela penyerahan bantuan rehab rumah tak layak huni (RTLH) dari PMI Sragen Rabu (21/11/2018).
Riyono tak menampik bahwa desanya memang salah satu desa dengan kemiskinan yang masih signifikan. Dari 1.400an KK, ada 681 KK diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan.
“Hampir separuhnya yang miskin. Ini bertahap kita kurangi. Kami juga berterimakasih bantuan dari Pemkab dan PMI,” urainya.
Ketua PMI Cabang Sragen, Suwarno menguraikan total ada 13 RTLH di Tlogotirto yang dibantu rehab dari PMI Sragen. Masing-masing penerima manfaat mendapat bantuan Rp 7,5 juta dan satu penerima diantaranya juga ditambah program jambanisasi.
Sehingga total dana yang dikucurkan PMI untuk RTLH di Tlogotirto ada Rp 119 juta.
Tlogotirto dipilih lantaran jumlah warga miskinnya cukup tinggi. Sedangkan 13 KK penerima RTLH itu memang kondisinya sangat memprihatinkan.
“Bahkan ada yang rumahnya sudah mau roboh dan tinggal dengan kambing. Makanya kita dahulukan. Dan bantuan diberikan tanpa potongan sepeser pun,” terangnya.
Suwarno menjelaskan dana bantuan RTLH dan jambanisasi itu diperoleh dari bulan dana PMI yang digalang oleh PMI tahun 2018.
Tidak hanya bantuan uang, nantinya PMI juga akan mengerahkan tenaga sukarelawan PMI dan MTA untuk bersama-sama membantu proses perbaikan RTLH.
“Selain itu, dana PMI juga kita gunakan untuk membeli truk tangki untuk droping air bersih. Dan perlu diketahui selama 2018 ini droping air bersih PMI kita laksanakan di 19 kecamatan dengan total 2.000.094 liter. Jadi PMI memang melayani total kebutuhan air bersih masyarakat dari jeriken ke jeriken. Baru kemarin berakhir karena sudah turun bujan,” jelasnya.
Sementara, Kepala Markas PMI Sragen, Wahdadi menambahkan untuk tahun ini bantuan RTLH dari PMI tidak diberikan dalam wujud uang tunai. Akan tetapi diberikan dalam bentuk voucher. Nanti penerima manfaat tinggal ke toko yang sudah ditunjuk oleh PMI.
“Apa material yang dibutuhkan untuk perbaikan, mereka tinggal meminta. Karena kebutuhan materialnya mungkin enggak sama satu dengan yang lain,” urainya.
Wahdadi menambahkan dengan sistem voucher maka akan memimalisir celah penyimpangan. Selain praktis, dengan voucher juga akan membuat bantuan lebih tepat sasaran.
“Kalau diberikan dalam bentuk uang tunai, biasanya orang kalau sudah pegang uang ya begitu. Juga lebih sulit dilacak. Tapi kalau voucher kan lebih mudah terpantau dan tinggal menyesuaikan kebutuhan saja,” tandasnya. Wardoyo