JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Internasional

Dari Balik Jeruji Besi, Ini Kisah Tahanan Kamp Nazi yang Selamat Karena Musik

   
tempo.co

JAKARTA-Bagi orang-orang tertentu, tinggal di ruang tahanan ternyata tidak identik dengan “kematian”. Kalau di Indonesia, Ahok menelorkan buku dari balik jeruji besi, dan filmnya laris manis, di Jerman lain lagi.

Di kamp penjara Nazi, Edward White berhasil menyelamatkan nyawa rekannya dan sesama tahanan dengan mendirikan band dan bermain musik untuk mendapat makanan.

Hanya berbekal keterampilan dasar musik, sebelum ditangkap oleh Jerman, Edward White yang biasa disapa Ted, berhasil selamat setelah empat tahun ditahan.

Putranya, David (67) mengatakan bahwa ayahnya mengalami kelaparan di kamp. Untuk itu dia menulis kepada Palang Merah dan menyuruh mereka mengirim instrumen.

“Mereka mengirim terompet dan trombon, lalu mereka berhasil membuat drum dan double bass. Tapi dia pemain saksofon dan tidak tahu cara memainkan trompet atau trombone, jadi dia belajar sendiri cara bermain,” paparnya.

Ted kemudian kemudian mengajari sesama narapidana. Dan berkat usahanya itu, mereka dikirim untuk bermain musik untuk warga Jerman di kota-kota terdekat. Untuk jerih payahnya itu, mereka dibayar dengan ransum ekstra untuk orang-orang di kamp-kamp.

“Mereka kelaparan, itu caranya membantu orang-orang di kamp. Palang Merah mengirim kertas, lalu mereka menulis materi dan orang-orang tertarik untuk belajar bermain,” bebernya.

Ted pergi ke Jersey setelah pecahnya Perang Dunia II, dan belajar musik di sana dari pemimpin Symphony Orchestra. Ketika Jerman menyerang Pulau Channel pada tahun 1940, dia ditangkap dan dikirim ke kamp Laufen di Bavaria.

Setelah dibebaskan dari kamp, Ted berkarir musik di departemen orkestrasi BBC TV, menggarap pertunjukan termasuk Fawlty Towers, Steptoe and Son dan The Good Life, serta Vena Lynn yang menjadi acara favorit masa perang.

“Saya selalu menikmati musik, ini adalah hidup saya dan saya menjadi musisi freelance di London. Saya bertemu Vera Lynn di BBC, dia merekam acara TV,” kata Ted.

“Suaminya adalah pemain saksofon seperti saya, dia meminta saya untuk membuat aransemen musik untuk tur Australia,” tambah Ted.

Ted memiliki dua anak bersama istrinya Mary, yang meninggal pada usia 82 tahun, dan memiliki tiga cucu dewasa.

“Saya pikir adalah langkah yang benar sewaktu di kamp tahanan perang Nazi agar mengasah keterampilan musiknya,” tutur Ted.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com