JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Karanganyar

Fakta di Balik Tewasnya 4 Warga Karanganyar Akibat Wabah Penyakit Kencing Tikus. Dari Rumah Yang Kumuh, Banyak Tikus Hingga Makanan Terkena Air Kencing

Ilustrasi jasad.
ย ย ย 
Ilustrasi mayat

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM Wabah penyakit Leptospirosis sudah merenggut empat korban nyawa di Karanganyar. Empat korban meninggal itu ternyata memiliki riwayat profesi dan kisah yang berbeda-beda.

Mereka menjadi korban keganasan penyakit yang bersumber dari air kencing tikus tersebut.

Seperti yang dialami Kaniyem (61) petani asal Dusun Ngigoh, Desa Alastuwo, Kecamatan Kebakkramat.

Nenek tua itu akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang bertahan hidup di Rumah Sakit (RS) Hermina Solo. Kaniyem akhirnya meninggal dunia pada Rabu (29/1/2020).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Sri Winarno mengatakan Kaniyem akhirnya memang tidak tertolong.

Dari hasil diagnosisnya, korban ditemukan ada luka di kaki yang kemudian terinfeksi Virus Leptospira Interrogans.

“Virus itu sangat mudah melalui luka dan makanan. Kalau lewat makanan, kemungkinan anggota keluarga lainnya juga kena. berarti dipastikan timbulnya dari luka kaki tersebut,” paparnya kepada wartawan kemarin.

Lantas bagaimana seorang petani bisa terinfeksi bakteri Leptospirosis? Menurut Winarno, Kaniyem diduga terinfeksi lewat luka di kakinya.

“Kemungkinan bakteri masuk ke tubuhnya melalui luka saat beraktivitas di sawah. Dugaan lainnya, bakteri tersebut dapat disebabkan dari makanan yang sudah bercampur dengan kencing tikus di rumahnya,” tukasnya.

Korban meninggal lainnya terdeteksi berasal dari Gondangrejo. Korban diketahui berprofesi sebagai sopir angkutan barang.

Winarno menguraikan perihal pemicunya, dimungkinkan karena aktivitas korban menaikkan dan menurunkan barang-barang secara mandiri tanpa perlindungan apapun seperti perlindungan kulit dan lain lain.

“Dari penyelidikan, dia meninggal dunia karena makanan yang sudah kecampur oleh kencing tikus. Sehingga menjadi infeksi berbahaya ketika dimakan,” terangnya.

Lebih lanjut, Winarno menguraikan dari hasil penyelidikan epidemologi (PE) di lokasi indeks kasus, ada beberapa fakta yang diperoleh. Menurutnya ternyata mereka secara tidak langsung berinteraksi dengan lingkungan yang tidak sehat.

“Ternyata lingkungan rumahnya sangat kumuh dan banyak tikusnya juga,” tukasnya.

Sedangkan dua korban meninggal lainnya berasal dari Colomadu dan Tasikmadu. Sama dengan Kaniyem, mereka juga berprofesi sebagai petani.

Hingga saat ini, ditemukan total tujuh kasusย  leptospirosis di Januari 2020 dengan empat kematian.

“Jumlah seluruh kasus ada dua di Colomadu, dua di Jaten, satu di Kebakkramat, satu di Gondangrejo, serta satu di Tasikmadu,” pungkasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com