JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Internasional

Pemerintah AS dan Maskapai Sempat Bentrok Soal Pelacakan Pasien Virus Corona

Penumpang AS mengevakuasi pegawai pemerintah dan orang Amerika lainnya dari ancaman virus corona di kota Wuhan di Markas Cadangan Udara Maret di Riverside County, California, 29 Januari 2020 / tempo.co
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM –  Virus Corona seolah telah menjadi teror bagi dunia. Salah satu faktanya, sempat terjadi bentrok pendapat antara Pemerintah AS dan pihak maskapai terkait dengan upaya pelacakan pasien corona.

Maskapai penerbangan besar di Amerika menolak untuk menyerahkan profil penumpang ke pemerintah, menyusul upaya pengendalian virus Corona (COVID-19). Menurut para pejabat maskapai, seharusnya pemerintah membagikan dulu informasi-informasi yang mereka punya.

“Pemerintah Amerika sudah mengatakan bahwa data-data penumpang diperlukan untuk melacak siapa saja yang sudah tertular virus Corona. Tetapi, maskapai menolaknya,” sebagaimana dikutip dari The Washington Post, Selasa ( 3/3/ 2020).

Mengutip The Washington Post, beberapa nama maskapai yang ogah atau belum bisa menyerahkan data penumpang adalah United Airlines, Delta Air Lines, serta American Airlines. Alasan yang mereka pakai, salah satunya, mereka merasa mengumpulkan dan menyerahkan data penumpang ke pemerintah Amerika bukanlah bagian dari tanggung jawab mereka.

Selain karena merasa hal tersebut bukan tugas mereka, maskapai-maskapai tersebut juga merasa pemerintah sudah memiliki data-data yang mereka butuhkan. Dengan kata lain, maskapai tidak perlu lagi bersusah payah melacak semua data penumpang yang diduga tertular virus Corona.

Kalaupun pemerintah benar-benar membutuhkan data yang mereka miliki, maskapai penerbangan Amerika merasa data yang mereka miliki tidak lengkap. Tidak semuanya mengandung alamat email dan telepon. Untuk melengkapinya, dibutuhkan sistem pelacakan yang pembuatannya sendiri bisa memakan waktu lama.

“Kami punya beberapa informasi, tetapi tidak lengkap,” ujar Wakil Kepala Bagian Kebijakan Penerbangan Airlines for America, Sharon Pinkerton.

Pinkerton berkata, 74 persen data penumpang yang mereka miliki memiliki normor telepon. Sementara itu, yang memiliki email, hanya 56 persennya. Kalau pemerintah menginginkan data lengkap, kata Pinkerton, mereka harus membantu maskapai membentuk sistem pelacakan. Selain itu, juga membantu melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dengan membagi data yang sudah dimiliki.

Secara terpisah, Josh Michaud selaku Direktur Kebijakan Kesehatan Global dari Kaiser Family Foundation menyarankan pemerintah dan maskapai untuk segera bekerjasama melengkapi data.  Menurutnya, berdebat tidak akan menyelesaikan masalah di saat virus Corona bisa mengancam kapan saja. 

“Ketika tujuan akhirnya mengendalikan virus Corona, maka waktu adalah hal yang esensial. Semakin cepat mereka bisa menemukan penumpang yang tertular virus Corona, maka akan makin cepat pula proses tes dan karantina untuk mencegah penyebaran,” ujar Michaud.

Pusat Pengandalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menyatakan hal senada. Ia mengakui bahwa mendapatkan data dari maskapai penerbangan relatif sulit dan tidak lengkap pula., Itulah kenapa, kata ia, semua lembaga terkait harus bekerjasama melengkapi data-data yang ada untuk memudahkan pelacakan (contact tracing).

“Jika system kontak tidak ada, maka contact tracing akan sulit dilakukan,” menurut pihak CDC sebagaimana dikutip dari Washington Post.

Hingga berita ini ditulis, total kasus virus Corona (COVID-19) di Amerika telah mencapai 102 kasus. Angka tersebut 11 kasus lebih banyak dibandingkan hari Senin kemarin waktu Amerika Serikat. Adapun jumlah korban meninggal ada 6 orang.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com