JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Yogyakarta Tak Ada Penambahan Kasus Baru Positif Covid-19 Berturut-turut, Bertahan di Angka 237, Sembuh Bertambah 2

KESADARAN WARGA. Sejumlah warga menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan simpang empat Gading, Kota Yogyakarta, Minggu (31/5/2020). Pemda DIY masih menetapkan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 dan warga yang berkatifitas diharuskan memakai maskes untuk menghindari penularan virus Corona. Tribunjogja.com | Hasan Sakri
   
KESADARAN WARGA. Sejumlah warga menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan simpang empat Gading, Kota Yogyakarta, Minggu (31/5/2020). Pemda DIY masih menetapkan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 dan warga yang berkatifitas diharuskan memakai maskes untuk menghindari penularan virus Corona. Tribunjogja.com | Hasan Sakri

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah daerah (Pemda) DIY kembali mengumumkan tidak ada penambahan kasus baru alias 0 kasus baru Covid-19 di DIY pada 3 Juni 2020. Hal tersebut dari hasil 78 sampel yang masuk ke dua lab yakni BBTKLPP Yogyakarta dan RSUP Dr Sardjito.

“Pada 3 Juni 2020 telah dilaporkan hasil laboratorium terkonfirmasi positif Covid-19 tidak ada penambahan kasus, sehingga sampai hari ini jumlah kasus Covid-19 di DIY tetap sebanyak 237 kasus,” bebernya, Rabu (3/6/2020).

Selanjutnya pada 3 Juni 2020 dilaporkan 2 kasus yang telah sembuh dari Covid-19. Mereka adalah kasus 230 perempuan usia 42 tahun warga Sleman dan kasus 232 perempuan usia 31 tahun warga Sleman.

“Sehingga jumlah kasus sembuh menjadi 171 kasus,” ungkap Berty.

Sementara itu untuk laporan PDP meninggal dalam proses laboratorium tercatat 1 orang, di mana yang bersangkutan telah menjalani rapid test dengan hasil non-reaktif dan sudah diambil swab namun belum keluar hasilnya.

“PDP yang meninggal yakni perempuan usia 38 tahun warga Sleman dengan riwayat sakit TB,” pungkasnya.

Laporan konfirmasi kasus Covid-19 di DIY per 3 Juni 2020 adalah total PDP sebanyak 1.568 orang di mana 101 orang masih menjalani perawatan.

Berdasarkan hasil lab, 237 orang dinyatakan positif (171 orang sembuh, 8 orang meninggal dunia), 1.172 orang dinyatakan negatif, dan masih menunggu hasil lab sebanyak 159 orang (20 orang meninggal dunia).

Sementara itu, total ODP yang tersebar di seluruh DIY yakni 6.874 orang. Sehari sebelumnya, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DI) mengumumkan 0 kasus baru Covid-19 di DIY.

Hal tersebut berdasarkan pemeriksaan 99 sampel yang ada di laboratorium BBTKLPP Yogyakarta dan RSUP Dr Sardjito.

“Yang tidak running lab FK UGM (RSA UGM). Belum tau alasannya,” ucap Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih, Selasa (2/6/2020).

Tidak adanya penambahan kasus baru positif Covid-19 di DIY membuat jumlah kasus hingga 2 Juni 2020 sebanyak 237 kasus. Sementara itu, Berty mengumumkan 2 kasus yang berhasil sembuh dari Covid-19. Hal ini membuat tingkat kesembuhan di DIY hingga 2 Juni 2020 sebanyak 169 kasus.

Baca Juga :  4 Hari Usai Jambret Dompet di Sleman, Pria Kulonprogo Ini Dibekuk Polisi

“Dua pasien yang sembuh adalah kasus 93 laki-laki usia 47 tahun warga Sleman dan kasus 197 perempuan usia 42 tahun warga Sleman,” terangnya.

Selanjutnya pada hari yang sama dilaporkan PDP meninggal dalam proses laboratorium, sudah diambil swab, yakni laki-laki usia 94 tahun warga Sleman memiliki riwayat sakit ginjal.

Terpisah, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan bahwa R0 di DIY sudah di bawah 1 selama dua pekan terakhir.

Saat terjadi lonjakan kasus di DIY, R0 tersebut sempat berada di angka 1 hingga 2,5.

“Penurunan karena kita tracing, sudah diperiksa, dan hasil tracing sudah kita laporkan. Tingkat penyembuhan cukup bagus, kematian rendah. Di Rumah Sakit Hardjolukito kemarin bahkan apsien usia 71 tahun sembuh dalam 75 hari, normalnya tidak selama itu,” ungkapnya.

Aji menambahkan, bahwa sebenarnya dengan R0 di bawah 1, sudah memenuhi indikator untuk menerapkan new normal di DIY.

“Tapi bukan itu satu-satunya (indikator). Kita tidak ingin gegabah. Pendidikan kita pikirkan terakhir karena kita tidak ingin ada kluster sekolah. Tempat-tempat hiburan wisata kalau penyelanggara belum siap, SDM belum ditraining untuk SOP yang baru, ya jangan (buka).”katanya.

Malioboro Mengeliat

KEMBALI BERJUALAN. Pengunjung memilih baju yang dijual pedagang di kawasan Malioboro, kota Yogyakarta, Rabu (27/5/2020). Sebagain toko dan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro kemnali membuka usaha mereka setelah beberapa waktu menutup usahanya karena pandemi Corona. (TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri)

PKL di kawasan Malioboro nampak mulai menjajakan dagangan mereka. Meski sepi pembeli lantaran tidak ada wisatawan yang datang ke Yogya, namun hal tersebut dilakukan semata untuk menggerakkan lagi roda perekonomian yang terhenti selama hampir 4 bulan belakangan.

Ketua PKL Pemalni Slamet Santoso yang mengayomi PKL di sepanjang Jalan Ahmad Yani Kawasan Malioboro mengatakan bahwa ia menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada rekan-rekannya kapan akan memulai kembali ‘hidup normal’ dari menjajakan aksesoris khas Yogya di kawasan Malioboro.

“Beberapa hari ini sudah mulai buka, mulai Sabtu (30/5) buka karena rapat Jumat (29/5) malam bersama Dinas Pariwisata dan UPT Malioboro. Hasil rapat saya share ke temen-temen. Ini hasil diskusi rapat, terserah kapan mau memulihkan ekonomi secara perlahan,” ungkapnya kepada Tribun Jogja, Senin (1/6/2020).

Baca Juga :  Senggol Motor Saat Mendahului, Pelajar SMP di Kulonprogo Ini Jatuh dan Dihantam Pikap Hingga Tewas

Slamet menambahkan, ia dan teman-teman PKL yang lain tidak bisa menunggu ketidakpastian terkait kapan pandemi ini akan berakhir. Ia mengatakan sektor ekonomi yang bergantung dari pariwisata di Yogya telah macet total sejak Covid-19 terdeteksi di Indonesia, khususnya Kota Gudeg ini.

“Akhirnya sambil kita menunggu dengan tatanan baru, kita mencoba untuk mulai bergerak. Kita mencoba membuka lagi lapak di Malioboro sambil menunggu wilayah yang lain untuk membuka PSBB-nya sehingga mereka bisa keluar dan berwisata lagi ke Yogya tapi dengan beberapa SOP sesuai dengan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Slamet telah meminta agar anggotanya tertib dan selalu mengenakan masker saat berjualan, menyediakan hand sanitizer dan tempat cuci tangan, menjaga jarak, hingga memakai face shield.

“Kami mandiri menyediakan itu. Kami arahkan (PKL) pakai face shield. Kami siap mendukung Yogya masuk new normal apalagi untuk jadi percontohan tiga wilayah Yogya, Bali, Kepri. Kita buka perekonomian agar berangsur-angsur pulih, apalagi kami tergantung dengan pariwisata,” ucapnya.

Ia menambahkan, ada rencana kerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan, Satpol-PP, Dinas Perhubungan, hingga TNI-Polri untuk menjaga pintu masuk ke Malioboro, misal di Abu Bakar Ali.

“Ada pengecekan suhu untuk pengunjung Malioboro. Kalau suhunya 37 derajat ke atas bisa diarahkan ke pemeriksaan ketika sudah new normal. Kita sudah setuju dengan Dinas Pariwisata dan UPT,” tuturnya.

Ia pun berharap agar wabah tersebut segera menghilang dan kehidupan normal segera bisa mereka rasakan.

Sebelumnya, ditemui seusai rapat bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan new normal dilakukan untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha untuk kembali bangkit lagi.

“Ekonomi (jalan) itu karena ada supply dan demand. Sekarang supply ada, demand-nya ada nggak. Protokolnya tentu physical distancing, sarung tangan. Intinya new normal ini membuka ruang pada pelaku usaha untuk menjajakan barangnya,” bebernya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com